JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN

PENGERTIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN



A. PENGERTIAN 
Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah merupakan satu kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan nafas di dalam paru. (Junaidi, 1992 : 218)
Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah merupakan suatu Istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (Wilson, 1995 : 699).
  
B. ETIOLOGI
Penyebab utama obstruksi yaitu :
1. Informasi jalan nafas
2. Perlengkapan mukosa
3. Penyempitan lumen jalan nafas
4. Kerusakan jalan nafas (Doenges, 2000 : 152)

C. PATOLOGI 
Tiga mekanisme terjadinya obstruksi : 
1. Intraluminer
Akibat infeksi dan iritasi yang menahun lumen bronkus sebagaian tertutup oleh sekret yang berlebihan.
2. Intramular 
Terjadinya penebalan dinding bronkus
3. Ekstramural 
Kelainan diluar saluran nafas
Destruksi dari jaringan paru mengakibatkan hilangnya traksi radial dinding bronkus ditambah dengan hiperinflasi jaringan paru menyebabkan penyempitan saluran nafas. (Junaidi, 1992 : 219).

D. KLASIFIKASI 
1. Bronkitis Kronik
Inflamasi luar jalan nafas dengan penyempitan atau hambatan jalan nafas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi perfusi dan menyebabkan sianosis.
2. Asma
Merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan.
3. Imfisema Paru-Paru
Merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru-paru yang ditandai dengan pembesaran alveolus dan duktus alveolaris, serta destruksi dinding alveolar. (Wilson, 1995 : 689).

E. KOMPLIKASI 
Komplikasi yang sering terjadi
1. Kegagalan respirasi
Disertai sesak nafas
2. Kardiovaskuler: Korpulmonale aritmia jantung
3. Hematologik : Polisitemia
4. Ulkus peptikum. (Junaidi, 1992 : 220)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan faal paru :
1. Spirometri
2. Kapasitas difusi
3. Analisa gas darah arterial
4. Scanning paru. (Junaidi, 1992 : 220)

G. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan farmakologi
- Obat-obat golongan adrenalin : adrenalin, salbutamol.
- Golongan Xamin : Aminofilin, teofilin
- Kortukosteroid 
2. Terapi inhalasi
- Pemberian oksigen
- Humidifikasi dan nebulasi
3. Fisioterapi dan rehabilitasi. (Junaidi, 1992 : 220)

H. FOKUS PENGKAJIAN 
1. Aktivitas/istirahat tidur
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise
Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum
2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD
Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher
3. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. Makanan/Cairan
Gejala : Mual dan muntah
Anoreksia
Penurunan berat badan menetap (emfisema)
Peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronkitis)
Tanda : Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat, penurunan berat badan
5. Higiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari
Tanda
- Pernafasan, biasanya cepat
- Tabuh pada jari-jari
- Kesulitan bicara kalimat/lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus
- Bunyi nafas mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema)
7. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau faktor lingkungan
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat
8. Sexsualitas
Gejala : Penurunan libido
9. Interaksi Sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, penyakit lama.
Tanda :
- Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suatu karena distres pernafasan
- Keterbatasan mobilitas fisik
10. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernafasan
Kesulitan menghentikan merokok
Penggunaan alkohol secara teratur
Kegagalan untuk membaik. (Doenges, 2000 : 102)

I. FOKUS INTERVENSI
1. Bersihkan jalan nafas tak efektif b.d Peningkatan produksi sekret
Intervensi :
- Auskultasi bunyi jantung nafas
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan
- Catat adanya/derajat dispnea
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman
- Observasi karakteristik batuk
- Meningkatkan masukan cairan s.d 3000 ml/hr sesuai toleransi jantung.
- Bantu klien melakukan latihan nafas abdomen atau bernafas melalui mulut.
- Kolaborasi medis
2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
Intervensi :
- Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan
- Tinggikan kepala tempat tidur
- Dorong mengeluarkan sputum
- Auskultasi bunyi nafas
- Awasi tingkat kesadaran/status mental
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea
Intervensi :
- Kaji kebiasaan diet dan jenis makanan yang dikonsumsi selama ini.
- Auskultasi bising usus
- Berikan perawatan mulut yang sering 
- Bersihkan sekret dan sediakan tempat membuang sekret atau tissue
- Berikan porsi makanan yang kecil dan sering
- Jangan berikan makanan dan minuman yang menimbulkan gas
- Jangan berikan makanan yang terlalu panas atau dingin
- Ukur berat badan sesuai kebutuhan. (Doenges, 2000 : 156)

Sumber : (Junaidi, 1992 : 218)

0 Response to " PENGERTIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN "

Post a Comment