JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK ) " UNDERSTANDING CHRONIC ONSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


1. Definisi
PPOK adalah penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan restensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologinya (Somantri,2008). PPOK merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri adanya keterbatasan aliaran udara yang tidak sepenuhnya reversible (Saputra,2010). Selain itu menurut Murwani (2011) PPOK merupakan satu kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan peristen dari jalan nafas di dalam paru, yang termasuk dalam kelompok ini adalah : bronkhitis, emfisema paru, asma yang menahun,  bronkiektatis. Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa PPOK adalah kelainan penyakit paru dengan ciri-ciri adanya keterbatasan udara yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan peristen dari jalan nafas didalam paru, yang termasuk dalam kelompok ini : bronkhitis kronis, asma, emfisema, dan bronkiestasis.

2. Klasifikasi
Menurut Halim dan Santosa (2008), penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit PPOKadalah sebagai berikut:
  • Bronkitis Kronik

Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya tiga bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama dua tahun berturut-turut.
  • Asma

Asma merupakan yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran nafas secara periodik dan reversible.
  • Emfisema Paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaiutu suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.
  • Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yang mungkin disebabkan berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas. Darihasil penelitian yang dilakukan oleh Kusmana (2010), terdapat 22 subjek yang mengalami PPOK sedang (37,3%), 6 subjek yang mengalami PPOK ringan (10,2 %), sedangkan sisanya PPOK berat sebanyak 52,5 %.
3. Etiologi
Menurut (Muttaqin, 2008) penyebab dari PPOK adalah kebiasan merokok diperkirakan merupakan penyebab utamanya, laki-laki dengan usia antara 30-40 tahun paling banyak. Adanya infeksi seperti haemophilus, dan adanya polusi oleh zat-zat pereduksi. Faktor sosial-ekonomi dapat berpengaruh pada seperti keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.

4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada pasien PPOK ditandai dengan adanya keluhan batuk berlebihan dengan produksi sputum dan nafas pendak. Gejala itu muncul pada saat aktivitas berat,tetapi jika keadaan memburuk dispnea muncul pada saat aktivitas ringan, bahkan bisa muncul pada saat istirahat jika penyakit bertambah berat ( Bararah dan Jauhar,2013).

5. Patofisiologi
Obstruksi jalan nafas menyebabkan reduksi aliran udara yang beragam bergantung pada penyakit, pada bronkritis kronis terjadi penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan nafas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh over ekstensi ruang udara dalam paru. Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam semua kelainan ini, meski patofisiologi dari masing-masing kelainan ini membutuhkan pendekatan yang spesifik (Muttaqin, 2008).

Dari etiologi PPOK seperti asap rokok,polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas, sekresi mukus dan peradangan menyebabkan penyempitan atau obstruksi saluran napas.Kelenjar-kelenjar yang mensekresi  lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit serta tersumbat karena berkurangnya elastisitas paru mengakibatkan ventilasi mengalami penurunan dan sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli menjadi kolaps sehingga terjadi kerusakan campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normalantara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi terganggu. 

Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap sama. Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat. Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anerob yang mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi. 

Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi juga menjadi kurang yang dapat menyebabkan anoreksia (jeremy, 2007).

6. Komplikasi
Menurut (Muttaqin, 2008) komplikasi dari PPOK adalah :
a.gagal pernapasan
b.Atelektasis
c.Pneumonia (proses peradangan pada jaringan paru)
d.Pneumothorax

7. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan Diagnosis yang diperlukan pada pasien dengan PPOK adalah sebagai berikut (Anderson,2007) :
a.Pemeriksaan radiologis
b.Pemeriksaan faal paru
1)Analisis gas darah
2)Pemeriksaan EKG
3)Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi
4)Laboratorium darah lengkap

8. Penatalaksanaan
Tidak  ada terapi spesifik yang memulihkan PPOK tetapi pengobatan dapat memperlambat progesi penyakit, mengurangi gejala kronik, dan mencegah eksaserbasi akut. Berhenti merokok sangat penting dilakukan. Pencegahan ekserbasi PPOK akut meliputi vaksinasi influenza dan pneumokokal. Pasien dengan kombinasi gejala yang terdiri dari peningkatan dispnea, peningkatan sputum, atau sputum purulen dapat disembuhkan dengan antibiotik yang ditargetkan melawan patogen respirasi yang lazim (Haemophilus influenza, Maraxella catarrhalis, Streptococcus pneumoniae). Pemberian singkat kortikokosteroid oral memperbaiki fungsi paru dan mempercepat pemulihan pasien dengan eksaserbasi akut. Prognosis keseluruhan untuk pasien PPOK bergantung pada keparahan obstruksi aliran udara. Pasien dengan korpulmonal, hiperkapnia, kebiasaan merokok, dan penurunan berat badan memiliki prognosis buruk (Jeremy, 2007).
Menurut penelitian Aini, Sitorus dan Budiharto (2008), fungsi ventilasi paru responden sebelum breathing retraining sebesar 34,53 % dan sesudh breathing retraining selama 6 hari menjadi 53,63 %, berarti fungsi ventilasi pasien PPOK mengalami peningkatan setelah dilakukan breathing retraining.

Sumber : Pengarang buku IRMAN SOMANTRI

0 Response to " PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK ) " UNDERSTANDING CHRONIC ONSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE "

Post a Comment