JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN KEJANG DEMAM " UNDERSTANDING SEIZURES FEVER

Kejang Demam 



      1. Pengertian 
Kejang demam adalah bangkitan kejang demam yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh karena proses ekstrakranium yang terjadi antara usia 6 bulan sampai 4 tahun, dan lama kejang kurang dari 15 menit dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam (Hidayat, 2008: 98). Kejang demam yaitu bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranial (Nugroho, 2011: 57). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang mencapai lebih dari 38ºC. Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun ekstrakranial (Nuarif dan Kusuma, 2013: 391). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang yang diakibatkan karena suhu tubuh yang naik secara mendadak dan suhu tubuh berada di atas norma.

     2. Etiologi

Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam yaitu perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit (Dewanto dkk, 2009:93). Selain itu juga disebabkan karena infeksi mikroorganisme seperti virus dan bakteri sehingga mengakibatkan hipertermi atau suhu tubuh meningkat diatas normal, yaitu diatas 38ºC (Riyadi dan Sukarmin, 2009: 53). Kejang demam juga tidak selalu disebabkan karena suhu yang lebih dari 38ºC (Febry dan Marendra, 2010: 39). Penelitian yang dilakukan oleh Fuadi, Bahtera dan Wijayahadi (2010: 145) pada periode bulan Januari 2008 sampai Maret 2009 di ruang perawatan anak RSUP Dr. Kariadi Semarang, anak yang terkena kejang demam dengan suhu dibawah 38ºC mencapai 39%.
Penyebab kejang demam menurut Nugroho (2011: 58) yaitu simtomatik dan idiopatik. Simtomatik yaitu seperti infeksi, toksik, trauma,gangguan peredaran darah, gangguan metabolik dan nutrisi, tumor, psikogenik. Idiopatik yaitu seperti kejang demam dan epilepsy idiopatik.
Kejang demam disebabkan karena proses :
1. Intrakranial yang meliputi :
  • Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler
  • Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis.
  • Konginetal: disgenesis, kelainan serebri.
2. Ekstrakranial yang meliputi:
  • Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
  • Toksik: intoksikasi, anestesi local, sidroma putus obat.
  • Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan piridoksin (Nuarif dan Kusuma, 2013: 392).


       3. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul pada penderita kejang demam yaitu suhu tubuh anak (suhu rectal) lebih dari 38ºC. Menurut penelitian Gunawan dan Suharso (2012: 77), suhu tubuh anak menderita kejang demam yang suhu tubuh lebih dari 38 ºC yaitu mencapai 81%. Anak dengan lama demam kurang dari 2 jam lebih beresiko 2,4 kali lebih besar terjadinya kejang demam dibanding dengan lama demam lebih dari 2 jam (Fuadi, Bahtera dan Wijayahadi, 2010: 145).
Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan persarafan. Saat kejang anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti panggilan (Riyadi dan Sukarmin, 2009: 53). Gejala yang timbul pada kejang demam yaitu suhu tubuh naik mendadak, menjerit dan kehilangan kesadaran, fase kaku dengan napas tertahan, lengan dan tungkai tersentak-sentak secara ritmis, linglung dan mengantuk (Stoppard, 2010: 538).
      4. Patofisiologi
Kejang demam dapat terjadi akibat infeksi mikroorganisme seperti virus dan bakteri. Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen. Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh atau hipertermi (Riyadi dan Sukarmin, 2009: 54). Suhu tubuh meningkat sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan membrane sel. Kemudian terjadilah pelepasan ion Na dan K, akibatnya muatan listrik yang terlepas sangat besar dan pelepasan muatan listrik itu terjadi oleh seluruh sel. Sehingga terjadilah gangguan muatan listrik dan mengakibatkan timbulnya kejang. Pada keadaan kejang ini akan beresiko terjadinya cedera pada anak akibat kemungkinan adanya perlukaan pada anak (Nugroho, 2011:58).
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Pada kejadian kejang demam ini konsentrasi ion kalium (K+) dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi  ion natrium (Na+) rendah. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Sehingga akan mengakibatkan suatu rangsangan yang datang mendadak seperti aliran listrik dari sekitarnya (Judha dan Rahil, 2011: 109).
Menurut penelitian Fuadi, Bahtera dan Wijayahadi (2010: 144), anak dengan suhu tubuh diatas 39ºC lebih banyak yang mengalami kejang demam daripada anak yang suhu tubuhnya dibawah 39ºC. Angka kejadian anak yang terkena kejang demam yang suhu tubuhnya diatas 39ºC adalah 61%, dan yang dibawah 39ºC adalah 39%.
      5. Klasifikasi
Kejang demam dibagi menjadi dua yaitu kejang demam simplek dan kejang demam komplek. Kejang demam simplek mempunyai ciri yaitu lama kejang kurang dari 15 menit, kejang bersifat umum tonik dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam komplek bersifat focal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial, lama kejang lebih dari 15 menit, kejang multiple atau berulang (lebih dari 1x kejang dalam 24 jam) (Nugroho, 2011:57).
Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Arief, 2015: 661).
1.Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Ciri kejang demam sederhana antara lain kejang berlangsung singkat, umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 10 menit, tidak berulang dalam waktu 24 jam. (Febry dan Marendra, 2010: 39). Dalam hasil penelitian pada bulan Maret sampai April 2014 di RSU Dr. Saiful Anwar Malang, menunjukkan bahwa kelompok kejang demam sederhana mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu 13 (68,42%) dari 19 anak yang mengalami kejang demam sederhana (Nurindah, Muid dan Retoprawiro, 2014: 117)
2.Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Ciri kejang demam kompleks antara lain kejang berlangsung lama dan lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam. (Nuarif dan Kusuma, 2013: 391). Resiko kejang demam berulang pada anak akan meningkat bila didapatkan faktor-faktor sebagai berikut: usia dini pada saat pertama mengalami kejang demam, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, suhu tubuh yang rendah saat kejang, adanya riwayat keluarga yang pernah mengalami kejang demam (Febry dan Marendra, 2010: 39). Menurut penelitian Dewanti, dkk (2010: 144), anak dengan riwayat keluarga terdekat dengan kejang demam mempunyai resiko untuk menderita bangkitan kejang demam sebanyak 4,5 kali lebih besar dibanding yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan kejang demam.
     6. Komplikasi
Kejang demam tidak menimbulkan komplikasi apapun terhadap susunan saraf pusat (Arifianto, 2012: 72). Komplikasi yang paling umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam berulang, namun faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, maka semakin besar kemungkinan mengalami kejang demam berulang. Dari hasil penelitian Amalia, Fatimah dan Bennu (2013: 6), anak yang beresiko mengalami kejang demam berulang pada usia kurang dari 24 bulan sebanyak 67,6% dan yang lebih dari 24 bulan sebanyak 32,4%.
      7. Penatalaksanaan 
Penatalaksanaan medis untuk anak yang mengalami kejang demam antara lain:
1.Pemberian diazepam, yang dapat diberikan melalui suntikan atau dimasukkan lewat anus/ perektal (Febry dan Marendra, 2010: 40). Dosis pemberian: 5 mg untuk anak kurang dari 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak lebih dari 3 tahun, atau 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg (Nurarif dan Kusuma, 2013: 393)
2.Setelah itu turunkan panas dengan pemberian obat antipiretik, seperti parasetamol kurang lebih 10 mg/kg BB dan lakukan penanganan untuk mendukung kegagalan kejang demam seperti bebaskan jalan napas, berikan oksigen, serta jaga keseimbangan cairan dan elektrolit (Hidayat, 2008: 99)
Penatalaksanaan keperawatan untuk anak yang mengalami kejang demam antara lain:
1.Pemberian oksigen, untuk membantu kecukupan perfusi jaringan.
2.Pemberian cairan intravena untuk mencakupi kebutuhan dan memudahkan dalam pemberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena pemantauan intake dan output cairan selama 24 jam perlu dilakukan, karena pada penderita yang beresiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial kelebihan cairan dapat memperberat penurunan kesadaran pasien. Selain itu pada pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial juga pemberian cairan yang mengandung natrium (Na Cl) perlu dihindari (Riyadi dan Sukarmin, 2009: 56).
3.Bila terjadi kejang posisikan pasien terlentang dengan kepala dimiringkan, kemudian pasang spatel atau tangkai sendok yang sudah dibalut kain atau kasa di antara rahang bawah dan rahang atas.
4.Lakukan upaya mengatasi hipertermi dengan cara pemberian asupan cairan 2 sampai 3 liter per hari, kompres sirkulasi yang cukup, pakaian yang longgar serta kering dan pembatasan aktivitas (tirah baring, pemenuhan kebutuhan dibantu) (Nugroho, 2011: 59).
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka orang tua atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain:
1.Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman seperti di lantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda berbahaya seperti gelas, pisau.
2.Posisi kepala anak hiperektensi, pakaian dilonggarkan. Kalau takut lidah anak menekuk atau tergigit maka diberikan tong spatel yang dibungkus dengan kassa atau kain, kalau tidak ada dapat diberikan sendok makan yang dibalut dengan kassa atau kain bersih (Riyadi dan Sukarmin, 2009: 58).
Penelitian tentang penatalaksanaan demam yang dilakukan Cahyaningrum, Anies dan Julianti (2014: 5), yaitu penurunan suhu tubuh pada demam dapat dilakukan dengan cara kompres air hangat dan kompres bawang merah. Namun, jumlah penurunan suhu dengan cara kompres menggunakan bawang merah lebih besar (selisih suhu sebelum dilakukan kompres dan sesudah dilakukan kompres adalah 1.106º C) dibanding dengan kompres air hangat (selisih penurunan suhu sebelum dilakukan kompres dan sesudah dilakukan kompres adalah 0,9765ºC).
      8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk kejang demam antara lain :
1.Pemeriksaan fisik dan neurologi (kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial dan tanda infeksi di luar sistem saraf pusat) (Dewanto dkk, 2009: 93).
2.Pemeriksaan EEG, CT-scan, dan/ atau MRI. Untuk CT-scan dan MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.
3.Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan berarti (Nurarif dan Kusuma, 2013: 392). Menurut penelitian yang dilakukan Imaduddin, Syarif dan Rahmatini (2013: 128), sebagian besar kasus kejang demam dengan penurunan nilai natrium serum sejumlah 80,4%, kasus kejang demam memiliki nilai kalium serum yang normal sebanyak 76,1%, kasus kejang demam dengan penurunan nilai kalsium serum ditemukan sebesar 63,3%, dan kasus kejang demam dengan peningkatan nilai gula darah sewaktu ditemukan sebesar 57,8%.

Sumber : pengarang buku Hidayat, 2008: 98

0 Response to " PENGERTIAN KEJANG DEMAM " UNDERSTANDING SEIZURES FEVER "

Post a Comment