JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN GASTROENTERITIS DIARE " UNDERSTANDING GASTROENTERITIS DIARRHEA

Gastroenteritis atau diare



1.  Definisi
Gastroenteritis atau diare adalah peradangan pada mukosa lambung dan usus halus yang menyebabkan meningkatkan frekuensi bab dan berkurangnya konsistensi feses (Nugroho, 2011:51). Sedangkan menurut Puspadewi (2013:43) menjelaskan diare yaitu  peristiwa buang air besar yang encer dan berulang kali. Gejala yang demikian umum disebut mencret. Jika kotoran yang dikeluarkan encer serta mengandung lendir dan darah, biasanya disebut disentri Gastroenteritis atau diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang airbesar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar (Sudarti, 2010:22).
Dari beberapa definisi dapat disimpulkan gastroenteritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan usus halus yang menyebabkan pengeluaran tinja yang tidak normal, frekuensi bab meningkat dan bentuk tinja yang cair, warna kehijau bercampur lendir dengan frekuensi yang lebih banyak.

2. Klasifikasi
Menurut Puspadewi (2012:45) gastroenteritis (diare) dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor meliputi :
  • Diare akut adalah buang airbesar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah  padat )dan defekasi lebih dari tiga kali per hari. Diare akut biasanya berlangsung kurang dari 15 hari.
  • Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari

3. Etiologi
Menurut Sudarti (2010:22-23) penyebab diare dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
A. Infeksi
Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi :
  • Infeksi bakteri: vibrio, Escherichia coli, Salmonella, Shigella Campylobacter, yersinia, aeromonas. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Bakri dkk. (2015 ) yang menjelaskan bahwa bakteri Escherichia coli merupakan salah satu penyebab diare pada anak-anak. Banyak factor yang menyebabkan diantaranya kondisi lingkungan yang rendah, kontaminasi makanan dan minuman, suplai air bersih yang belum memadai, kemiskinan dan taraf  pendidikan yang rendah. 
  • Infeksi virus Enterovirus (inveksi ECHO) coxsaekre. Polomyelitis, adenovirus, rotavirus. Hal ini didukung oleh hasil penelitihan dari Bakri dkk. (2015) menjelaskan  bahwa diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan parasit. Penyebab diare terbanyak kedua setelah rotavirus adalah infeksi karena bakteri Escherichia coli.
  • Infeksi parasit cacing (Ascaris irichiuris, oxyuris, strongylodies) protozoa (Entamoeba histolytica, giardia lamblia, trochomonas humonis) jamur (ccandida albicans).

B. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa). Manosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa) pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
2. Lemak
3. Protein
4. Makanan, misalnya basi, beracun, alergi
5. Psikologis,misalnya rasa takut atau cemas (Sudarti, 2010:22-23).

Etiologi Lain dari diare akut dapat dikelompokan menjadi :
1. Virus : Rotavirus (40-60), adenovirus
2. Bakteria : Escherichia coli (20-30%), shingella sp. (1-2%), vibro cholera, dan lain-lain
3. Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), giardia lambia, cryptosporidium (4-11%). Contoh penlaran giardia lambila
4. Kerancunan makanan
5. Malabsorpsi:karhodirat, lemak, dan protein
6. Alergi:makanan, susu, sapi
7. Imunodefisiensi AIDS ( Widoyono, 2008 :147).

4. Manifestasi
    Anak yang mengalami diare biasanya gejala awal anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang, tinja cair, lender kadang - kadang ada darahnya lama-lama tinja berwarna hijau, anus menjadi lecet, bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi, berat badan menurun, ubun – ubun dan mata cekung, selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering (Sudarti, 2010:22).
    Hal tersebut di atas di dukung oleh hasil penelitian dari Mafazah (2013) yang menemukan bahwa anak dengan gastroenteritis muncul gejala berak-berak lembek sampai cair (mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) yang ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan muntah, anorexia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata, cekung, membran mukosa kering, pengeluaran urin menurun, dan di dukung oleh hasil penelitian Mardayani dkk. (2014) gejala umum yang sering terjadi jika anak menderita diare, yaitu mula-mula bayi atau anak menjadi gelisah, rewel, suhu tubuh meningkat, kejang, muntah, dan kurang nafsu makan atau bahkan tidak ada, dan yang paling berbahaya jika terjadi dehidrasi berat .

5. Komplikasi
Menurut Nugroho (2011:53) komplikasi diare dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
  • Dehidrasi Hal ini didukung oleh  penelitian Lolopayungdkk. ( 2014) dehidrasi dapat terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan dan di dukung oleh hasil penelitian Korompis dkk. (2013) hasil penelitian jenis diare akut berdasarkan keparahan dehidrasi diketahui jenis diare akut terbanyak yaitu diare akut dehidrasi ringan sampai sedang sebanyak 59,52% (50 penderita).
  • Kejang terjadi bila dehidrasi berat, nafas tampak sesak, karena kekurangan zat basa (menderita asidosis) bila terjadi kekurangan elektrolit, anak akan menjadi kejang.
  • Malnutrisi Penyebab terjadinya malnutrisi karena penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, hal ini disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut anak BAB terus menerus.Walaupun diberikan susu dan makanan tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hipersistaltik usus.
  • Hipoglikimia Keadaan kadar glukosa darah yang rendah

6. Patofisiologi
    Kejadian diare pada anak biasanya disebabkan oleh virus tersebar dengan cara fekal-oral bersama makanan dan minumn, dan beberapa ditularkan secara airborne yaitu noravirus. Virus penyebab diare secara selektif menginveksi dan merusak sel-sel di ujung jonjot dari usus halus, dan secara histopatologi terlihat jonjot yang rata disertai adanya sebukan sel radang monokulear pada lamina propria sedang pada mukosa lambung tidak terdapat perubahan walaupun penyakit dikenal sebagai gastroenteritis. Gambaran patologi tidak berkorelasi dengan gejala klinik, dan terlihat perbaikan proses sebelum gejala klinik hilang. Kerusakan akibat virus tersebut mengakibatkan adanya absorpsi dari cairan usus, serta aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan terjadilah malabsorbsi karbohidrat terutama laktosa faktor penyebab bahwa gastroenteritis virus lebih sering mengenai bayi dibandingan dengan anak besar adalah fungsi usus berkurang, imunisasi spesifik kurang, serta menurunnya mekanisme pertahanan spesifik seperti asam lambung dan mucus enteritis virus juga meningkatkan permiabilitas terhadap makromolekul di dalam usus dan ini diperkirakan sebagai penyebab meningkatkan resiko terjadinya alergi maknan (Widagdo, 2011:49).
Menurut Sudarti (2010:23) mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik makanan yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga terjadi peningkatan isi rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare. Selain itu gangguan molititas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnyaa kesempatan usus untuk menyerap maknan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Jika terjadi penurunan peristaltik usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menimbulkan diare .

7. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan diare sebagai berikut :
1. Rehidrasi mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (oral) maupun melalui infuse (pada kasus dehidrasi berat) Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Ulfahdkk. (2012) kemajuan terbesar dalam menurunkan angka kematian akibat diare yang diperkenalkan World Health Organization (WHO) tahun 2010 adalah penggunaan cairan rehidrasi oral (Oral Rehydration Solution/ORS). Cairan tersebut dapat digunakan untuk menangani gastroenteritis akut untuk pemeliharaan rehidrasi, dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat diare).

2. Pemberian makanan yang mencukupi: pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan penggantian susu formula.

3. Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagai besar penyakit diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan anti diare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik (shaleh, 2013:158).  Hal ini didukung oleh hasil penelitian Korompis dkk. (2013) Hasil penelitian berdasarkan penggunaan obat antipiretik, diketahui penderita diare akut yang menggunakan antipiretik yaitu 59% (49 penderita). Antipiretik yang diberikan pada penderita diare akut adalah paracetamol.

Sumber : Puspadewi (2013:43)

0 Response to " PENGERTIAN GASTROENTERITIS DIARE " UNDERSTANDING GASTROENTERITIS DIARRHEA "

Post a Comment