JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENCEGAHAN DIARE " PREVENTION OF DIARRHEA

PENCEGAHAN DIARE 



1. Pencegahan 
Menurut  Widoyono ( 2008:151) diare dapat dicegah dengan cara sebagai berikut :
  • Menggunakan air bersih tanda tanda air bersih adalah 3 tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
  • Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit
  • Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar hal ini didukung oleh hasil penelitian Purwandaridkk. (2013) menemukan bahwa cuci tangan merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi
  • Menggunakan jamban yang sehat hal ini didukung oleh penelitihan Purwandari dkk. (2013) gerakan nasional sanitasi kebijakan pemerintah untuk pengendalian risiko penyakit yang berhubungan dengan lingkungan, seperti penyakit diare, penyakit cacingan, dan tifoid yang sebenarnya dapat dicegah dengan kebiasaan buang air besar di jamban penyediaan air minum dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menjamah makanan.
  • Membuang tinja bayi dan anak dengan benar 


2. Pemeriksaan penunjang 
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
A. Pemeriksaan tinja 
1. Makroskopis 
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel feses
a. Pemeriksaan jumlah dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250 gram per hari.
b. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan.
   
B. Pemeriksaan warna
  1. Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah menjadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat santonin.
  2. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. 
  3. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.


C. Pemeriksaan bau 
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerrna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

D. Pemeriksaan konsistensi
Tinja pada diare konsistensi menjadi sangat lunak dan cair, peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung, feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.

E. Pemeriksaan lendir 
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.Terdapatnya lendir yang banyak dan ada rangsangna atau radang pada dinding usus.

F. Pemeriksaan darah 
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam. Darah mungkin terdapat dibagian luar tinja atau bercampur bau dengan tinja.

G. Pemeriksaan parasit 
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

H. Pemeriksaan adanya sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makanan yang tidak tercerna, sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan hewani. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh sudah III atau sudah IV dalam alcohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

2. Mikroskopis
A. Pemeriksaan mikroskopis meliputi pemeriksaan protozoa, telur   cacing, leukosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi 
a. Protozoa
Biasanya didapat dalam bentuk kristal, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofoit.
b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapatkan yaitu ascaris lumbricoides, necator americanus, enterobius vermicularis, teichuris trichiura, stronglodes stercoralis.
c. Leukosit 
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, colitis ulserosa dan peradangan peningkatan jumlah leukosit, eosinophil ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita alergi saluran pencernaan
d. Eritrosit 
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rectum atau anus
e. Epitel 
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perasangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f. Kristal
Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalium oksalat didapatkan setelah memakan bayam.
g. Makrofag 
Sel besar berinti satu dengan daya fatosintesis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihta bakteri selain eritrosit, lekosit, bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
B. Pemeriksaan tinja : Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilincic. Bila diduga terdapat intoleransi glukosa.
C. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa
D. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
1. Ureum normal 5-20 mg/dl. jika terjadi peningkatan adanya dehidrasi.
2. Kreatinin normal 0,3-0,6 mg/dl. jika terjadi peningkatan menunjukan adanya penurunan fungsi ginjal 
E. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar kalsium dan posfat (NANDA NIC NOC, Ed1 2015:196).


Menurut : Widoyono ( 2008:151)

0 Response to " PENCEGAHAN DIARE " PREVENTION OF DIARRHEA "

Post a Comment