JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN HIPERBILLIRUBIN " UNDERSTANDING HIPERBILLIRUBIN

Pengertian Hiperbillirubin



1. Definisi
Hiperbillirubin adalah peningkatan kadar billirubin di dalam darah, dapat normal atau patologis. Ikterus terjadi ketika kelebihan billirubin (pigmen kuning) tersimpan di dalam jaringan lemak. Ikterus fisiologi adalah fenomena bayi baru lahir yang biasa terjadi. Ikterus fisiologis tidak muncul hingga hari kedua atau ketiga kehidupan, ketika kadar billirubin serum (derivat katabolisme sel darah merah) mencapai 5 hingga 7 mg/dl. Tidak ada penanganan yang dibutuhkan, kecuali kadar billirubin meningkat lebih tinggi atau lebih cepat dari pada normal (Green dan Judith, 2012 : 911).
Hiperbillirubin merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar serum billirubin lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sklera dan organ lain, keadaan ini mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus. Ikterus neonatrum merupakan salah satu kegawatan pada BBL (bayi baru lahir) karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang bayi (Royyan, 2012 : 25). Hiperbilirubinemia ialah kondisi ketika terlihat semburat berwarna kuning oranye pada kulit dan membran mukosa nenatus yang terjadi setelah 24 jam kehidupan akibat adanya bilirubin tak terkonjugasi di dalam sirkulasi (Carpenito dan Moyet, 2010 : 341).
Dari beberapa pengertian diatas dapat menyimpulkan bahwa hiperbilirubinemia adalah suatu kondisi bayi baru lahir dengan peningkatan kadar bilirubin dalam darah lebih dari 10 mg% dapat terjadi secara normal maupun patologis yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sklera dan organ lain yang dapat menimbulkan kernikterus.

2. Etiologi
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir disebabkan oleh inkompatibilitas Rh atau ABO ibu atau janin, infeksi, defisiensi  glukoroniltransferase, polisitemia, atresia bilier, kerusakan hati, hipoglikemia, kelahiran kurang bulan (Green dan Judith, 2012 : 911). 

Menurut Nurarif dan Hardhi (2013 : 361) menyatakan bahwa penyebab terjadinya hiperbilirubinemia adalah :
1. Peningkatan produksi billirubin akibat proses hemolisis yang timbul karena inkompabilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD.
2. Terganggunya transpor billirubin dalam sirkulasi dikarenakan kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin yang disebabkan konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan molar yang kurang
3. Terganggunya pengambilan billirubin oleh hati dikarenakan perubahan keseimbangan kalsium atau kelainan mikrotubulus akibat toksin maupun penggunaan obat
4. Terganggunya konjugasi billirubin dikarenakan kekurangan enzim glucoronyl transferase dan kekurangan fungsi protein Y dan Z (Sikumbang, 2011 : 112), didukung penelitian yang dilakukan oleh Sulistijono, dkk tahun 2011 tentang Pengaruh Karakteristik Demografi Klinis dan Laboratorium pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia, menyatakan bahwa peneliti tersebut membuktikan bahwa faktor yang dapat memicu kejadian hiperbilirubin yaitu karena produksi billirubin yang berlebih, penurunan uptake billirubin oleh sel hati, penurunan konjugasi billirubin dan gangguan eksresi billirubin.
5. Meningkatan siklus enterohepatik karena adanya reabsorsi di usus meningkat

Sedangkan menurut Billota (2011: 368) menyatakan bahwa penyebab hiperbilirubinemia adalah usia bayi saat awitan hiperbilirubinemia dapat memberikan petunjuk 

mengenal sumber gangguan yang menyebabkan ikterus ini, antara lain :
a. Hari ke-1
1. Inkompatibilitas golongan darah (RH, ABO, golongan darah minor lainnya).
2. Infeksi intrauterin (rubela, penyakit tubuh terkait sitomegalik, toksoplasmosis, sifilis, dan terkadang bakteri, seperti escherichia coli, staphylococcus, pseudomonas, klebsiella, proteus, dan steptococcus).

b. Hari ke 2 atau ke 3
1. Infeksi (biasanya dari bakteri gram negatif)
2. Polisitemia
3. Hemoragi tertutup (memar pada kulit, hematoma subdural)
4. Sindrom gawat nafas
5. Anemia tubuh akibat obat dan toksin
6. Hiperbilirubin neonatus sementara
7. Morfologi sel darah merah abnormal
8. Defisiensi enzim eritrosit
9. Ikterus fisiologi

c. Hari ke 4 dan ke 5
1. Menyusui, sindrom gawat nafas, diabetes maternal
2. Ikterus non hemolitik kongenital
3. Sindrom Gilbert
d. Hari ke 7 dan seterusnya
1. Herpes simpleks
2. Stenosis pilorik
3. Hipotiroidisme
4. Infeksi
5. Atresia duktus empedu
6. Kista koledokal

3. Manifestasi 
Gejala dan tanda dari hiperbilirubinemia yaitu: peningkatan kadar billirubin serum total dan direk, ikterus, sklera ikterik, letargi, menyusu buruk (Green dan Judith, 2012 : 911).

Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2013:361), manifestasi dari hiperbilirubinemia ada 5 yaitu :
1. Ikterus terjadi 24 jam pertama
2. Peningkatan kosentrasi billirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahmah,dkk tahun 2012 tentang pemberian ASI efektif mempersingkat durasi pemberian fototerapi pada hiperbilirubinemia. Peneliti tersebut membuktikan bahwa tanda dan gejala hiperbilirubinemia adalah adanya peningkatan total serum billirubin dalam darah (di atas 5 mg/dl ).
3. Kosentrasi billirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus di sertai proses hemolisis : inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD ( Glucose 6-Phosphate Dehidrogenase ) yang berfungsi untuk menstabilitaskan sel darah merah agar tidak mudah pecah
5. Ikterus yang disertai keadaan sebagai berikut :
a. Berat lahir kurang dari 2000 gram
b. Masa gestasi kurang dari 36 minggu
c. Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
d. Terjadinya infeksi
e. Trauma lahir pada kepala
f.Hiploglikemia, hiperkarbia, hiporosmolalitas darah

Menurut Proverawati dan Cahyo (2010: 11) ikterus dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 
1. Ikterus patologis, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Warna kuning timbul dalam 24 jam pertama setelah lahir
b. Meningkatnya kadar bilirubin secara pesat dalam sehari
c. Bayi tidak aktif, tidak mau menyusu, cenderung lebih banyak tidur, selain itu suhu tubuh meningkat atau cenderung turun
d. Bayi kuning lebih dari dua minggu
e. Air kencingnya bewarna tua seperti air teh

2. Ikterus fisiologis, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
b. Tidak mempunyai dasar patologis
c. Kadarnya tidak melampaui batas yang membahayakan
d. Tidak mempunyai menjadi kernikterus

4. Patofisologi
Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar bilirubin dalam darah yang bersifat patologis. Saat eritrosit hancur diakhir siklus neonatus, hemoglobin pecah menjadi fragmen globin (protein) dan heme (besi), kemudian fragmen heme membentuk billirubin tidak terkonjugasi (indirek), yang berikatan dengan albumin untuk dibawa ke sel hati agar dapat berkonjugasi dengan glukoronid, membentuk billirubin direk. Billirubin tidak berkonjugasi dapat larut dalam lemak dan tidak dapat diekskresikan di dalam urine atau empedu, billirubin ini dapat keluar menuju jaringan ekstravaskuler, terutama jaringan lemak dan otak,  yang mengakibatkan hiperbillirubinemia. 

Hiperbillirubinemia dapat berkembang ketika :
a. Faktor tertentu mengganggu konjugasi dan merebut sisi yang mengikat albumin, termasuk  obat  (seperti  hipotermia,  anoksia,  hipoglikemia, dan hipoalbumenia)
b. Penurunan fungsi hati yang menyebabkan penurunan konjugasi billirubin
c. Peningkatan produksi atau kehancuran eritrosit terjadi akibat gangguan hemolitik atau inkompatibilitas Rh atau ABO
d. Obstruksi billier atau hepatitis mengakibatkan sumbatan pada aliran empedu yang normal
e. Enzim maternal yang terdapat dalam air susu ibu dapat menghambat aktivitas konjugasi glukoronil-transferase pada bayi. (Billota, 2011: 368) 

5. Komplikasi
Menurut Billota (2011 : 369), komplikasi yang mungkin terjadi terhadap kasus hiperbilirubinemia adalah kernikterus yang merupakan kerusakan otak akibat perlengketan billirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus merah didasar ventrikel IV yang dapat mangakibatkan komplikasi serebral palsi, epilepsi, retardasi mental. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Putri, dkk tahun 2014 tentang Faktor Resiko Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Peneliti tersebut membuktikan kondisi hiperbilirubin yang tidak terkontrol dan kurang penanganan yang baik dapat menimbulkan komplikasi yang berat yaitu kernikterus.

6. Penatalaksanaan
Menurut Green dan Judith (2012 : 912) penatalaksanaan medis pada hiperbilirubinemia  adalah sebagai berikut : 
1. Pemberian makan dini atau menyusui dengan sering
2. Fototerapi
Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumarno tahun 2006 tentang pengaruh paparan sinar matahari pagi terhadap penurunan tanda ikterus terhadap ikterus neonatus fisiologis. Peneliti tersebut membuktikan bahwa penatalaksanaan hiperbillirubinemia yaitu pemberian obat, tranfusi tukar darah, fototerapi.
3. Fenobarbital : Untuk meningkatkan konjugasi dan eksresi billirubin
4. Pemberian inhibitor heme-oksigenasi dan albumin 
5. Tranfusi tukar
6. Koreksi masalah utama : sepsis, asidosis 

Sedangkan menurut Subekti (2007: 97) penatalaksanaan pada ikterus serius adalah sebagai berikut:
1. Mulai fototerapi, jika ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus serius dalam.
2. Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut ini :
a. Berat badan kurang dari 2,5 kg pada saat lahir
b. Lahir pada usia gestasi 37 minggu
c. Hemolisis
d. Sepsis
3. Ambil sample darah dan ukur bilirubin serum dan hemoglobin, tentukan golongan darah bayi, dan lakukan uji coombs:
a. Jika billirubin serum di bawah kadar yang membutuhkan fototerapi, maka hentikan fototerapi
b. Jika bilirubin serum sama atau di atas kadar yang membutuhkan fototerapi, maka lanjutkan fototerapi

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien hiperbilirubinemia adalah sebagai berikut ( Green dan Judith, 2012 : 911) :
1. Golongan darah : untuk menentukan golongan darah dan status Rh bayi bila transfuse sulih diperlukan.
2.  Uji coombs direk : untuk menegakkan diagnose penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, hasil positif mengindikasikan sel darah merah bayi telah terpajan (diselimuti antibodi).
3. Uji coombs indirek : mengukur jumlah antibody Rh positif dalam darah ibu.
4. Bilirubin total dan direk : untuk menegakkna diagnose hiperbilirubinemia; kadar bilirubin serum total lebih dari 12 hingga 13 mg/dl, peningkatan bilirubin total lebih dari 5 mg/dl/ hari, dan bilirubin direk lebih dari 1, 5 hingga 2 mg/dl memastikan diagnosis hiperbilirubinemia; kadar bilirubin serum saja tidak dapat memperkirakan risiko cidera otak akibat kernikterus, walaupun berkaitan dengan kadar lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan yang normal.
5. Darah periksa lengkap dengan diferensial: untuk mendeteksi hemolisis, anemia, atau polisitemia
6. Protein serum total 
7. Glukosa serum : untuk mendeteksi hipoglikemia 
8. Kekuatan ikatan CO2 : untuk mendeteksi hemolisis, yang konsisten dengan penurunan kek

0 Response to " PENGERTIAN HIPERBILLIRUBIN " UNDERSTANDING HIPERBILLIRUBIN "

Post a Comment