Pengertian Kemoreaksi
Julianti dkk (2010) melakukan penelitian pada rimpang jahe yang dikeringkan secara kemoreaksi di dalam lemari pengering (oven) dengan suhu 500C. Pengeringan kemoreaksi adalah pengeringan dengan menggunakan bahan yang dapat menyerap uap air (adsorben). Selanjutnya dilakukan pengamatan ketiga jahe tersebut diantaranya kadar air, kadar minyak atsiri serta warna rimpang setelah pengeringan. Penelitian dilakukan terhadap rimpang jahe merah, jahe gajah dan juga jahe emprit. Warna pada rimpang jahe merah yaitu coklat terang sedangkan pada rimpang jahe gajah dan jahe emprit berwarna putih terang. Hasil uji kadar air pada rimpang jahe merah, jahe gajah dan jahe emprit secara berturut-turut sebesar 7,34%, 5,53% dan 6,57% yang kesemuanya telah memenuhi persyaratan mutu simplisia jahe yang baik. Sedangkan untuk kadar minyak atsiri, hasil dari jahe merah yaitu 3,39 %, jahe gajah 3,12% dan jahe emprit 3,16% yang kesemuanya juga memenuhi standar mutu yaitu minimal 1,5%.
Panjaitan dkk (2012) melakukan penelitian formulasi gel dari rimpang jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe). Sebelum proses pembuatan formulasi gel, dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia. Secara organoleptis, bagian luar dari rimpang jahe merah berwarna coklat kekuningan. Secara mikroskopik, pada rimpang jahe merah terdapat serat, sel parenkim berisi tetes minyak yang berwarna merah dengan Sudan III, berkas pengangkut pembuluh kayu, dan pati. Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi dengan hasil kadar air sebesar 7,96%. Hasil penetapan kadar air serbuk simplisia rimpang jahe merah memenuhi persyaratan dari buku Materia Medika Indonesia yaitu tidak lebih dari 10%. Hasil kadar sari larut air 21,78%, kadar sari larut etanol 10,43%, kadar abutotal 3,42%, dan kadar abu tidak larut asam 1,32%.
Fathona (2011) melakukan penelitian terhadap oleoresin rimpang jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum) dan jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Jahe yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2-3 jam kemudian diiris tipis dan dikeringkan dengan oven suhu 50-550 C selama kurang lebih 40-48 jam. Secara organoleptis, warna irisan rimpang jahe gajah dan jahe emprit berwarna putih kekuningan, sedangkan pada irisan rimpang jahe merah berwarna jingga muda sampai merah. Uji kadar air menggunakan metode destilasi azeotropi dengan hasil kadar air sebesar 8,26% pada jahe gajah, 7,70% pada jahe emprit dan pada jahe merah sebesar 7,03%. Hasil kadar minyak atsiri pada jahe gajah yaitu 0,82-1,66%, jahe emprit 1,5-3,5% dan jahe merah 2,58-3,90%.
Telah dilakukan penelitian oleh Meilisa (2009) tentang Uji Aktivitas anti bakteri dan formulasi dalam sediaan kapsul dari ekstrak etanol rimpang tumbuhan temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Sebelum melakukan proses pembuatan ektrak, terlebih dahulu dilakukan uji karakteristik/kualitas terhadap bahan baku rimpang temulawak yang terlebih dahulu telah dikeringkan selama 3-8 hari di dalam lemari pengering dengan suhu kurang lebih 400C. Secara organoleptis, rimpang temulawak berwarna kuning kecoklatan dengan bau khas temulawak, rasa getir dan agak pedas. Pengujian kadar air dilakukan menggunakan metode Azeotropi (Destilasi Toluena) dengan hasil 5,32%. Pemeriksaan mikroskopik simplisia rimpang dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca obyek yang telah diteteskan dengan kloralhidrat. Hasil pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya butir pati, hablur kalsium oksalat, tetes minyak, rambut penutup dan fragmen pembuluh kayu. Hasil dari penetapan kadar abu, kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar sari larut dalam air dan
kadar sari yang larut dalam etanol berturut-turut yaitu 4,12%, 0,27%, 21,10% dan 12,42%.
Mulyani dkk (2013) melakukan penelitian tentang identitas beberapa rimpang yaitu Curcuma Mangga, Curcuma Zedoaria dan KaempferiaRotunda. Dalam penelitiannya, Mulyani dkk melakukan beberapa identifikasi yang diantaranya identifikasi secara organoleptis dan uji kadar air. Simplisia Curcuma Mangga, Curcuma Zedoaria dan Kaempferia yang segar terlebih dahulu di cuci selanjutnya diiris tipis 3-6 mm kemudian dikeringkan dalam oven suhu 400-500 C. Secara organoleptis, pada rimpang kering Curcuma mangga mempunyai warna irisan kuning kecoklatan, bau khas mangga dan rasa mangga. Pada rimpang kering Curcuma zedoaria, irisan rimpang berwarna kuning, bau jamu dan rasa pahit. Sedangkan pada simplisia kering rimpang Kaempferia rotunda, irisan rimpang berwarna putih kecoklatan, bau khas kentang dan rasa pahit. Kadar air ketiga rimpang tersebut telah memenuhi persyaratan yaitu di bawah 10%. Dari rendemen minyak atsiri hasil penyulingan air dan uap air yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri dalam ketiga rimpang sangat kecil. Kadar minyak atsiri pada rimpang C. Mangga yaitu 0,29% v/b, C. Zedoaria 0,04% v/b dan K. Rotunda 0,22% v/b.
Cahyono dkk (2011) melakukan penelitian tentang uji kualitas simplisia temulawak. Salah satu parameter utama dari kualitas simplisia adalah kadar airnya. Penelitian Cahyono dkk melakukan uji kadar air simplisia temulawak dengan metode pengeringan menggunakan oven pada suhu 600C dan sinar lampu dengan daya 30 watt masing-masing pengeringan selama 5 hari. Uji kadar air dilakukan dengan pengulangan masing-masing sampel sebanyak 5 kali. Hasil uji kadar air sampel simplisia temulawak dengan pengeringan menggunakan oven adalah 4,06% sedangkan sampel dengan pengeringan sinar lampu yaitu 6,38%. Semua sampel memenuhi syarat mutu yaitu di bawah 10%. Secara organoleptis, sampel hasil pengeringan kedua metode tersebut menghasilkan warna yang berbeda. Sampel pengeringan oven menghasilkan warna kuning orange yang lebih cerah, sedangkan sampel pengeringan lampu lebih pucat. Secara keseluruhan sampel pengeringan oven mempunyai bau khas temulawak lebih menyengat daripada pengeringan lampu.
Sumber : Julianti dkk (2010)
Sumber : Julianti dkk (2010)
0 Response to " PENGERTIAN KEMOREAKSI "
Post a Comment