DEFINISI PERITONITIS
A. DEFINISI
Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneum yang disebabkan oleh infiltrasi isi usus dari suatu kondisi seperti ruptur apendiks, perforasi/trauma lambung dan kebocoran anastomosis. (Tucker : 1998,32)
Peritonitis adalah peradangan pentoneum yang merupakan komplikasi berbahaya akibat penyebaran infeksi dari organ organ abdomen (apendisitis, pankreatitis, dll) reputra saluran cerna dan luka tembus abdomen. (Sylvia Anderson & Larraine Carry Wison, 1995: 402).
B. ETIOLOGI
a. Peritonitis Bakterial
Disebabkan invasi/masuknya bakteri kedalam rongga peritoneum pada saluran makanan yang mengalami perforasi.
b. Peritonitis Kimiawi
Disebabkan keluarnya enzim pankreas, asam lambung, atau empedu sebagai akibat cedera/perforasi usus/saluran empedu. (Harison, 2000: 1613)
C. TANDA DAN GEJALA
1. Menurut Price, 1995 : 402
- Sakit perut (biasanya terus menerus)
- Mual dan muntah
- Abdomen yang tegang, kaku, nyeri
- Demam dan leukositosis
- Dehidrasi
2. Menurut C. Long 1996 : 228
- Kemerahan
- Edema
- Dehidrasi
3. Menurut Mubin 1994 : 276
- Pasien tidak mau bergerak
- Perut kembung
- Nyeri tekan abdomen
- Bunyi usus berkurang/menghilang
D. ANATOMI
Peritoneum adalah lapisan sel mesotel yang meliputi
1. Rongga perut (peritoneum parietake)
2. Alat tubuh dalam rongga perut (peritoneum viserale)
Fungsi : Peritoneum merupakan suatu membran semipermeable untuk dialisis yang terus menerus membuat dan mengabsorbsi cairann jernih, serta memisahkan zat-zat satu dengan yang lain.
E. PATOFISIOLOGI
Timbulnya peritonitis adalah komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrinosa yang kelak dapat mengakibatkan obstruksi usus. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi syok, gangguan sirkulasi dan oliguria, perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus. Gejala bebeda-beda tergantung luas peritonitis, beratnya peritonitis dan jenis organisme yang bertanggung jawab. Gejala utama adalah sakit perut (biasanya terus menerus), muntah dan abdomen yang tegang, kaku, nyeri dan tanpa bunyi, demam dan leukositosis sering terjadi. (Price, 1995 : 402)
Peritonitis (peradangan dari peritoneum) terjadi akibat apendik yang mengalami perforasi, secara cepat pelengketan terbentuk dalam usaha untuk membatasi infeksi dan momentum membantu untuk menutup daerah peradangan, membentuk suatu abses. Ketika penyembuhan terjadi, perlengketan fibrosa dapat terbentuk yang selanjutnya mengakibatkan obstruksi usus. Pada saat lain perlengketan fibrosa tersebut dapat menghilang seluruhnya. Reaksi-reaksi lokal dari peritoneum meliputi kemerahan, edema, dan produksi cairan dalam jumlah besar berisi elektrolit dan protein. Jika infeksi tidak teratasi dapat terjadi hypovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi dan akhirnya syok. Peristaltik usus dapat terhenti dengan infeksi peritoneum yang berat. (C. Long, 1996 : 228)
F. KLASIFIKASI
a. Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum kuman masuk kedalam rongga peritoneum melalui aliran darah/pada pasien perempuan melalui alat genital.
b. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang cukup banyak.
c. Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga peritoneum.
Misalnya pemasangan kateter
1. Kateter Ventrikula – peritoneal
2. Kateter Peritonea – Juguler
3. Continous ambulatory peritoneal dyalisis
(Soeparman, 1993 : 175)
G. KOMPLIKASI
1. Ketidakseimbangan elektrolit
2. Dehidrasi
3. Asidosis metabolik
4. Alkalosis respiratonik
5. Syok septik
6. Obstruksi usus
H. PENATALAKSANAAN
1. Therapy umum
a. Istirahat
- Tirah baring dengan posisi fowler
- Penghisapan nasogastrik, kateter
b. Diet
- Cair - nasi
- Diet peroral dilarang
c. Medikamentosa
- Obat pertama
Cairan infus cukup dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
- Obat alternatif
Narkotika untuk mengurangi penderitaan pasien
2. Therapy Komplikasi
- Intervensi bedah untuk menutup perforasi dan menghilangkan sumber infeksi.
Prinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal penggantian cairan dan elektrolit yang dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik (appendiks dsb) atau penyebab radang lainnya bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri. (Price, 1995 : 402)
Sumber : (Tucker : 1998,32)
0 Response to " DEFINISI PERITONITIS "
Post a Comment