JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

Definisi Batu Ginjal Dan Jenis Batu Ginjal "Definition of Kidney Stones And Types Of Kidney Stones

Definisi Batu Ginjal Dan Jenis Batu Ginjal
1.Definisi

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga di sebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sisitem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih. Jika di sertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses ginjal, abses perinefrik, ataupan pielonefritis (Muttaqin dan Sari, 2011: 108).
Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat di mana saja di saluran kemih. Batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal kalsium. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini (Corwin,2009: 715).Batu ginjal (urolitiasis) dapat terjadi di bagian mana saja pada sistem perkemihan. Namun, yang paling banyak ditemukan adalah di dalam ginjal (nefrolitiasis). Batu ginjal adalah pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya, batu (kalkuli) terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat ( Baradero, 2009: 59) .
Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas penulis menyimpulkan bahwa batu ginjal adalah suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di ginjal yang berasalkan dari pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati.

2.Etiologi
Ada  beberapa  faktor  yang  memungkinkan  terbentuknya  batu  pada saluran kemih, yaitu sebagai  berikut(Muttaqin dan Sari, 2011):
a.Hiperkalsiuria  adalah  kelainan  metabolik  yang  paling  umum. Beberapa
kasus hiperkalsiuria berhubungan dengan gangguan usus meningkatkan penyerapan kalsium (dikaitkan dengan kelebihan diet kalsium dan/atau mekanisme penyerapan kalsium terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorpsi kalsium dari tulang (yaitu hiperparatiroidisme), dan beberapa yang berhubungan dengan ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk merebut kembali kalsium dalam filtrat glomerulus (ginjal kebocoran hiperkalsiuria).
b.Pelepasan  ADH  yang  menurun  dan  peningkatan  konsentrasi, kelarutan, dan PH urine.
c.Lamanya  kristal  terbentuknya  didalam  urine, dipengaruhi  mobilisasi  rutin.
d.Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine.
e.Infeksi  saluran  kemih.
f.Kurangnya  asupan  air  dan  diet  yang  tinggi  mengandung  zat  penghasil  batu.
g.Idiopatik.
Nessa, dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Efek Dieuretik dan Daya Larut Batu Ginjal dari Ekstrak Etanol Rambut Jagung menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal yaitu adanya kelainan kristal-kristal berkumpul menjadi batu, dan tingginya konsentrasi garam-garam yang larut dalam urin.

3.Manifestasi klinis
Tanda dan gejala batu ginjal yaitu adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Beberapa batu dapat menunjukkan sedikit gejala, tetapi secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan (Haryono, 2013: 59).
Secara umum, gejala penyakit batu ginjal yang biasanya muncul adalah rasa nyeri, mulai dari yang ringan hingga nyeri hebat di daerah pinggang disertai demam. Rasa sakit yang timbul dikarenakan ginjal berusaha mengeluarkan batu yang menyumbat. Tingkat keberhasilan ginjal dalam mengeluarkan batu yang menyumbat pun tergantung pada ukuran batu tersebut. Batu ginjal dengan ukuran lebih besar akan lebih menyebabkan rasa sakit ketika turun ke ureter, kemudian keluar dari tubuh melalui urine. Bagian tubuh yang umumnya merasakan nyeri adalah punggung bagian bawah (pada kedua sisi), perut bagian bawah, daerah selangkangan, serta di bawah tulang rusuk. Rasa sakit mungkin akan datang secara bergelombang. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami nyeri saat buang air kecil (Dharma, 2015:67).
Menurut Grace dan Neil (2007: 171) gejala dan tanda batu ginjal sebagai berikut:
1.Batu kaliks dapat asimtomatik.
2.Batu staghorn menimbulkan nyeri pinggang dan ISK bagian atas.
3.Kolik ureter-nyeri kolik hebat yang menjalar dari pinggang menuju
4.lipat paha dan menuju testis atau labia yang berhubungan dengan
hematuria makro ataupun mikroskopik.
5.Batu kandung kemih menimbulkan pancaran urin terputus-putus, nyeri perineum dan nyeri pada ujung penis.

4.Jenis-jenis batu ginjal
Berdasarkan pada sumber pembentukannya, penyakit batu ginjal memiliki berbagai jenis. Adapun jenis-jenis batu ginjal adalah sebagai berikut (Dharma, 2015: 70).

1.Batu kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu ginjal yang terjadi pada sekitar 80 persen kasus batu ginjal. Jenis batu ini terdiri dari kalsium oksalat yang dapat terbentuk melalui proses metabolisme dalam tubuh manusia. Adapun penyebab terbentuknya batu kalsium antara lain:
a.Penyerapan kalsium yang berlebihan dalam usus sehingga menyebabkan kadar kalsium yang tinggi dalam darah. Kondisi demikian akan mengakibatkan pengeluaran kalsium lebih banyak melalui urine. Kelebihan kalsium akan memicu pembentukan batu.
b.Kinerja berlebihan pada kelenjar paratiroid dapat menyebabkan pelepasan kalsium lebih banyak dalam ginjal. Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar kecil pada leher yang mengatur jumlah kalsium darah.
c.Rendahnya sitrat dalam urine (hypocitraturia), yaitu suatu zat yang mencegah terjadinya endapan kalsium oksalat.
d.Keracunan vitamin D
e.Multiple myeloma, yaitu suatu kondisi ganas dari sumsum tulang belakang yang menghancurkan jaringan tulang.
f.Dehidrasi kronis ringan atau berulang yang membuat urine menjadi pekat serta meningkatkan kecenderungan pembentukan batu.
2.Batu struvite
Batu struvite merupakan batu ginjal yang terbentuk sebagai respon terhadap infeksi. Batu struvite tersusun dari magnesium ammonium fosfat (struvite), serta kalsium karbonat.
3.Batu asam urat
Penyebab munculnya batu asam urat antara lain kurangnya ekskresi atau terlalu banyak produksi asam urat, volume urine rendah, serta keadaan pH urine yang asam terus-menerus.
4.Batu cystine
Batu cystine merupakan batu ginjal yang disebabkan oleh kondisi yang disebut cystinuria atau kelainan kongenital yang jarang, di mana asam amino serta cystine dikeluarkan melalui ginjal dan menjadi kristal atau membentuk batu.
Ratu, dkk (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Laboratorium Patologi Klinik menyebutkan bahwa komposisi yang terbanyak ialah kalsium oksalat, kemudian busit dan kandungan asam urat.

5.Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih mensyaratkan keadaan supersaturasi. Inhibitor pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibisi sitrat dan glokoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat yang mungkin dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam saluran kemih (Haryanto, 2013: 58-59).
Pembentukan batu terjadi pada 2-3% populasi, dengan laki-laki dewasa kulit putih memiliki risiko 12% seumur hidup. Pembentukan batu dapat dicetuskan oleh dehidrasi, asupan tinggi oksalat dalam makanan, atau obat-obatan. Crixivan (indinavir) merupakan obat yang paling sering dihubungkan dengan pembentukan batu, tetapi asetazolamid dan triamteren juga telah diimplakasikan sebagai penyebab. Tujuh puluh lima persen batu mengandung kalsium bercampur dengan fosfat atau oksalat. Organisme pemecah urea seperti proteus, klebsiella, dan pseudomonas menjadi faktor predisposisi terbentuknya batu struvit (magnesium amonium fosfat). Lima persen terdiri dari asam urat (Greenberg, 2008: 341).
Hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat peningkatan absorpsi di usus dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan PTH atau kalsitriol. Hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan metabolik pada pemecahan asam amino atau melalui peningkatan absorpsinya diusus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang berlebih, sintesis baru yang meningkat, atau peningkatan pemecahan purin. Batu xantin dapat terjadi jika pembentukan purin sangat meningkat dari pemecahan purin xantin menjadi asam urat dihambat. Namun, xantin lebih mudah larut daripada asam urat sehingga batu xantin lebih jarang ditemukan.
MenurutMuttaqin dan Sari (2011: 109-110) patofisiologi dari batu ginjal yaitugangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering dari peningkatan ekskresi ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria. Konsentrasi Ca2+ di dalam darah dipertahankan melalui absorpsi di usus dan mobilisasi mineral tulang, sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi pemecahannya.
Pelepasan ADH (pada situasi volume yang berkurang pada saat dehidrasi, kondisi stres, dan lainnya) menyebabkan peningkatan konsentrasi urine. Kelarutan beberapa zat bergantung pada pH urine. Fosfat mudah larut dalam urine yang asam, tetapi sukar larut pada urine yang alkalis. Jadi, fosfat baru biasanya hanya ditemukan pada urine yang alkalis.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis, serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu ginjal.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan, serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidronefrosis.
Ratu, dkk (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Laboratorium Patologi Klinik menyebutkan bahwa proses yang terlibat dalam batu saluran kemih yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume urin yang menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi, natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti.

6.Komplikasi
Adapun komplikasi yang muncul pada batu ginjal antara lain (Corwin, 2009: 716):
1.Obstruksi urine dapat terjadi disebelah hulu dari batu ginjal dibagian mana saja disaluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroufeter, yaitu ureter membengkak oleh atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hdronefosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
2.Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik intertisium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemik nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
3.Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (statis), kemungkinan infeksi bakteri   meningkat.
4.Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.
Menurut Greenberg (2008: 341) komplikasi batu ginjal meliputi sepsis, gagal ginjal akut (ARF, acute renal failure) yang disebabkan oleh obstruksi bilateral, dehidrasi berat yang disebabkan oleh muntah, dan nyeri yang sulit sembuh.

7.Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan batu ginjal adalah sebagai berikut (Muttaqin dan Sari, 2011: 113)
1.Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
2.Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
3.Pemeriksaan fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi.
4.Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam darah.
5.Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram, dan USG untuk menilai posisi, besar, serta bentuk batu pada saluran kemih.
Menurut Grece dan Neil (2007: 171) pemeriksaan diagnostik adalah sebagai berikut:
1.DPL, ureum dan elektrolit, kreatinin, kalsium, fosfat, urat, protein, fosfatase alkali serum.
2.Mikroskopik urin untuk mencari hematuria dan kristal.
3.Kultur urin: infeksi sekunder
4.Foto polos abdomen: 90% batu ginjal radio-opak.
5.IVU: mengkonfirmasi adanya batu dan mengidentifikasi posisi batu dalam saluran kemih.
6.Renogram: dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk menilai fungsi ginjal.
7.Pengumpulan urin 24 jam saat pasien di rumah pada lingkungan yang normal.
8.Analisis batu: asal terbentuknya.

8.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal adalah sebagai berikut:
Penatalaksanaan keperawatan (Corwin, 2009: 716)
a.Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah pembentukan batu.
b.Modifikasi makanan dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungann batu teridentifikasi. Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
c.Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal (diluar tubuh) atau terapi laser dapat digunakan untuk memecahkan batu besar atau untuk menempatkan selang disekitar batu untuk mengatasi obstruksi.
Penatalaksanaan Medis (Muttaqin dan Sari, 2011: 113)
a.Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditunjukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentun yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
b.Dipecahkan dengan ESWL
Merupakan tindakan non infasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecahkan batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980, alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proxsimal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
c.Tindakan endourologi atau bedah laporoskopi
Tindakan endourologi adalah indakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
d.Pembedahan terbuka
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan atau operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya.

Sumber : Pengarang buku Muttaqin dan Sari, 2011: 108

0 Response to " Definisi Batu Ginjal Dan Jenis Batu Ginjal "Definition of Kidney Stones And Types Of Kidney Stones "

Post a Comment