JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

Pengertian Pneumonia "Definition Of Pneumonia

1. Pengertian Pneumonia

Pneumonia adalah salah satu jenis gangguan pada sistem respirasi yang terejadi pada paru dengan terjadinya peradangan yang tidak hanya mengenai jaringa paru tetapi juga mengenai bronkhioli (Nugroho , 2011:78). Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti virus dan bakteri yang disertai eksudasi dan konsolidasi (Nurarif, 2013:482).
  Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai pathogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit (Nugroho, 2011:142). Pneumonia adalah penyakit yang terjadi karena adanya infeksi akut pada jaringan paru-paru, sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, baik virus maupun bakteri ( Hartanto, 2010: 41).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, pneumonia merupakan salah satu gangguan sistem respirasi penyakit infeksi saluran pernapasan bawah  yang tidak hanya mengenai jaringa paru tetapi juga mengenai bronkhioli.

2. Klasifikasi Pnemonia 
Menurut Nurarif (2013: 482) ada dua klasifikasi penemoni yaitu;
1.Klasifikasi berdasarkan anatomi; Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”. Pneumonia lobularis (Bronkopnemonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi  dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburaris. Pneumonia interstitial (Bronkeolitis) proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
2.Klasifikasi berdasarkan inang dan lingkungannya; Pneumonia komunitas, sporadic atau edemic; muda atau orang tua. Pneumonia nosokomial, di dahului dengan riwayat perawatan dirumahsakit. Pneumonia rekurens, terjadi berulangkali berdasarkan penyakit paru kronik. Pneumonia aspirasi; alkoholik, usia tua. Pneumonia pada gangguan imun, pada pasien dengan riwayat transplantasi, onkologi, AIDS
Hidayati dan Wahyono, (2011: 36) membagi pneumonia berdasarkan tempat terjadinya infeksi. Pneu¬monia dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu: pneumonia masyarakat (community-acquired pneumonia) dan pneumonia RS atau pneumo¬nia nosokomial (hospital-acquired pneumonia). Menurut Debora (2012, 74) Pneumonia nosokomial (nosocomial infection) dan pneumonia akibat penggunaan ventilator (ventilator associated pneumonia-VAP) merupakan kejadian yang banyak terjadi di ruang perawatan intensif/Intensive Care Unit (ICU). Pneumonia yang didapat pada ICU merupakan infeksi saluran napas bawah yang didahului dengan adanya sejumlah bakteri atau terjadinya infeksi saluran napas atas.
3.Etiologi Pneumonia
Menurut Nurarif (2013: 483) cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan terjadinya perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antribiotik yang tidak tepat.  Penyebab terjadinya peneumoni berdasarkan inang dan lingkungannya; Pneumonia komunitas, dijumpai pada H.influeza pada pasien perokok, pathogen antipikal pada lansia, gram negatif pada pasien dari rumah jompo/lansia, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopulmonal. Pneumonia nosokomial, tergantung   pada tiga factor yaitu; tingkat berat sakit, adanya jenis resiko untuk jenis pathogen tertentu dan massa masa timbul onset pneumonia. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh infeksi kuman, pnumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi cairan inert missal cairan makanan atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat. Pneumonia pada gangguan imun terjadi karna proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat disebabkan olehkuman atau mikoorganisme yang biyasanya nonviluren, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacicng. Menurut Zulkipli (2009) Faktor-faktor lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian pneumonia adalah polusi asap dapur, kebiasaan merokok, dan kepadatan hunian.
Pneumonia yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus atau bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh faktor lain, seperti: kondisi lingkungan sosial, ekonomi, adat istiadat, malnutrisi, dan imuni¬sasi (Hidayati dan Wahyono, 2011: 36).

4.Manifestasi klinis pneumonia
Menurut Nurarif (2013: 484-485) ada beberapa manifestasi klinis pneumonia yaitu;
1.Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal.
2.Meningismus, yaitu tanda tanda miningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan demam yang tiba tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri, dan kekakuan pada kepalapunggung leher, adanya tanda kerning dan brudzinski, dan akan berkurang pada saat suhu turun.
3.Anoreksia
4.Muntah
5.Nyeri abdomen,merupakan keluhan umum
6.Sumbatan nasal, pasase nasal kecil mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernapasan
7.Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernapasanmungkin encer dan sedikit rinore atau kental dan puluren, tergantung keparahan infeksi.
8.Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat menjadi bukti selama fase akut.
9.Bunyi pernapasan, seperti batuk, mengi, krekels.
10.Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak menolak makan dan minum per oral.
Menurut Sutagi ( 2012:2) gejala umum dari pneumonia adalah demam tinggi, batuk (bisa berupa batuk kering dan batuk berdahak), nafas cepat, nafas bersuara, kadang merasakan nyeri dada, sesak napas atau kesulitan bernapas, serta pucat dan kadang kebiruan apabila sudah terjadi kekurangan oksigen.

 5. Patofisiologi Pneumonia
Saat terjadi inhalasi-bakteri mikoorganisme penyebab pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari tubuh dan aspirasi melalui orofaring tubuh pertamakali akan melakukan mekanisme pertahan primer dengan miningkatkan respon radang. Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada jaringan paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal tersebut dapat memicu  perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran karbon dioksida dan oksigen. Selain itu daerah paru akan menjadi terkonsolidasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan ratio ventilasi-perfusi yang berakibat kapasitas difusi menurun dan terjadi hipoksemia. Peradangan mungkin terfokus hanya pada satu lobus atau tersebar di beberapa bagian paru,  jika hanya terfokus pada satu lobus disebut  pneumonia lobaris. Sedangkan secara umum, pneumonia yang lebih serius disebut bronchopneumonia (somantri, 2009: 77-78)
Terjadinya kuman yang masuk bersama sekret bronkus kedalam alveoli menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveoli yang terkena disusul dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagai awal pertahanan tubuh, terjadi fagositosis kuman penyakit oleh sel-sel radang melalui proses psedopi sitoplasmik yang mengelilingi dan"memakan" bakteri tersebut. Pada waktu terjadi proses infeksi, akan tampak empat zona pada daerah keradangan tersebut, adapun zona tersebut adalah sebagai berikut : Zona luar; alveoli yang terisi kuman pneumokokus (streptococcus pneumonia) dan cairan sembab. Zona permukaan konsolidasi ;Terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah. Zona konsolidasi yang luas;Daerah terjadinya fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak. Zona resolusi;Daerah terjadinya resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit dan makrofak alveolar. (Mukty dan Alsagaff, 2010 dalam Sigalingging, 2011:71)

6. Komplikasi Pneumonia
Bahaya dari peneomonia jika tidak dilakukan penatalaksaanaan secara benar maka mengakibatkan terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap anti biotic menjadi lebih besar dan proses penyembuhan lebih lama (somantri, 2009:75). Menurut Corwin (2009:544) komplikasi dari pneumonia yaitu; Sianosis disertai hipoksia yang mungkin terjadi, ventilasi menurun akibat akumulasi mucus dan dapat berkembang menjadi atelektasis absorsi, gagal napas dan kematian dapat terjadi pada kasus eksterem berhubungan dengan kelelahan atau sepsis (penyebaran infeksi ke darah).

7. Pemeriksaan Penunjang Pneumonia
1. Foto rongen dada (chest x-ray): teridentifikasi penyebaran, misalnya lobus, bronchial; dapat juda menunjukkan multiple abses/ infiltrate, empiema (stapicoccus); penyebaran atau lokasi infiltrasi (brakterial); atau penyebaran ekstensif nodul infiltrate (sering kali firal); pada pneumonia mycoplasma, gambaran chest x- ray mungkin bersih.
2. ABGs/Pulse Oximetry: abnormalitas mungkin timbul bergantung pada luasnya kerusakan paru.
3. Kultur sputum dan darah/gram stain: didapatkan dengan needle biopsy, transtrakheal aspirasion, fiberoptic bronchopy atau biospi paru terbuka untuk mengeluarkan organidme penyebab. Akan didapatkan lebih dari sdatu kuman, seperti diplococcus pneumonia, staphylococcuse aureus, A hemolytic streptococcuse, dan haemopilus influenza.
4. Hitung darah lengkap/ Complete blood count (CBC): leukositosis biyasanya timbul, meskipun nilai SDP rendah pada infeksi virus.
5. Tes serologi: membantu membedaakan diagnosis pada organisme secara spesifik
6. LED (Laju EndapDarah): meningkat
7. Pemeriksaan fungusi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolapalveolar), tekanan saluran udara meningkat, compliance menurun, dan akhirnya terjadi hipoksemia.(somantri, 2009:79)
8. Penatalaksanaan Pneumonia
Menurut Corwin ( 2009: 544)  penatalaksanaan untuk  pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan sampel sputum prapengobatan. Terapi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Anti biotic, terutama untuk pneumonia bakteri. Pneumonia lain dapat  diobati dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder yang dapat berkembang dari infeksi asal.
2. Istirahat yang cukup
3. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
4. Teknik napas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi risiko atelektasis.
Menurut ward (2007: 77) ada dua penatalaksanaan pneumoni berdasarkan pneumonia yang didapat yaitu:
1. Pneumonia yang didapat dari komunitas, tindakan suporatif: pemberian oksigen untuk mempertahankan PaO2, melakukan fisioterapi dan bronskopi. Terpi anti biotic awal, terapi disesuaikan bila ada sensitifitas antibiotic, antibiotic yang dianjurkan yaitu amoksilin, klaritromisin, doksisiklin.
2. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit, terapi suporatif : pemberian oksigen supplemental untuk mempertahankan PaO2, bantuan ventilasi, melakukan fisioterapi dan analgesia membantu bersihan sputum pascaoprasi dan pada pasien imobilisasi, posisi setengah terlentang. Terapi antibiotic spectrum sempit (agen tunggak) misalnya cefriason atau fluorokuinolon/ soprofloksasin. Terapi antibiotic spectrum luas,

Sumber : pengarang buku Nurarif, 2013:482

0 Response to " Pengertian Pneumonia "Definition Of Pneumonia "

Post a Comment