JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

DEFINISI DEMAM TIFOID DAN PARATIFOID

Definisi Demam Tifoid dan Paratifoid



A. DEFINISI
Demam tifoid dan paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari demam tifoid dan paratifoid adalah thypoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus dan paratifus abdominalis. Demam paratifoid menunjukkan manifestasi yang sama dengan tifoid, namun biasanya lebih ringan. (Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti,dkk, 2001)

B. ETIOLOGI
Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies salmonella enteritidis yaitu S. enteritidis biosero tipe paratyphi A, S. enteritis bioserotipe paratyphi B, S. enteritidis bioserotipe paratifi C. Kuman-kuman ini lebih dikenal dengan nama S. paratyphi A, S. Schottmulleri dan S. hirschfeldii.

C. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid dan paratifoid endemik di Indonesia, penyakit ini  jarang ditemukan secara endemik, lebih bersifat sparadis, terpencar-pencar di suatu daerah dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak. Terdapat 2 sumber penularan S. typhi, yaitu pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering,, karier. Di daerah endemik, transmisi terjadi melalui air yang tercemar S. typhi, sedangkan makanan yang tercemar oleh karier merupakan sumber penularan tersering di daerah non endemik.

D. PATOGENESIS
S. typhi masuh tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian            lagi masuk ke usus dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial dan masuk aliran darah melalui duktus toraksiklus. S. typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S. typhi bersarang di plak peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikulo endothelial. Endotoksin S. typhi berperan dalam proses inflamasi lokal  pada jaringan setempat, kuman tersebut berkembang biak. S. typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif. Lidah tifoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa samnolen sampai koma, sedangkan roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.
                     
F. DIAGNOSIS
Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid. Peningkatan titer uji Widal empat lipat selama 2 – 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Reaksi Widal tunggal dengan titer antibodi O® 1 : 320 ato titer antibodi H® 1 : 640 menyongkong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas pada beberapa pasien, uji Widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walapun biakan darah positif.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
a. Perdarahan usus.
b. Perforasi usus.
c. Cleus paralitik.
2. Komplikasi ekstra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler, kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis) miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia dan koagulasi intravakular diseminata dan sindrom uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom guillain – barre, psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia  berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang sempurna.

Sumber : Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti,dkk, 2001

0 Response to " DEFINISI DEMAM TIFOID DAN PARATIFOID "

Post a Comment