JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

DEFINISI KATARAK



Definisi Katarak 

1. Definisi Katarak
Katarak adalah Kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan, (Nurarif dan kusuma, 2015: 379).Di dukung penelitian Hasnurdkk. (2014: 339)Menurut Ilyas dan Yulianti 2012, Katarak berasal dari bahasa yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan latincataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutupi air terjun akibat lensa yang keruh. Dari beberapa definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa, katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.

2. Klasifikasi Katarak
 Ada beberapa jenis klasifikasi yang telah sering di gunakan untuk menilai katarak, misalnya berdasarkan usia timbulnya katarak di sebut sebagai katarak kongenital, juvenil atau matur, senile pada katarak senile proses terjadinya ada 4 stadium yaitu (Stadium incipien, immature, matur, stadium hipermatur), katarak komplikata dan katarak traumatic (Nugroho, 2011:178). Sedangkan pembagian berdasarkan letak kekeruhan lensa yaitu katarak kortikolis, katarak subkapsularis posterior atau anterior, katarak nuklearis, dan lain-lain, (Soekardi dan Hutauruk,2004: 179).
Dalam penelitian Reisa, dkk (2013 : 31), menyebutkan bahwa katarak merupakan suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. 

Faktor penyebab dan proses terjadinya katarak terderi dari beberapa jenis pertama katarak juvenil yaitu katarak yang terlihat pada usia di atas 1tahun dan di bawah 50 tahun. Kedua katarak kongenital yaitu katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun/kekeruhan lensa yang di dapatkan sejak lahir. Ketiga katarak senilis yaitu katarak yang dialami orang berusia lanjut atau di atas 50 tahun karena faktor degenerasi.

3. Etiologi Katarak
Etiologi katarak menurut Nurarif dan Kusuma (2013:379),pada banyak kasus penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembetukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan , seperti merokok atau bahan beracun lainya. Katarak bisa di sebabkan oleh cidera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obatan tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika katarak lahir (atau beberapa saat kemudian).Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh Infeksi kongenital seperti campak jerman, berhubungan dengan penyakit metabolik seperti galaktosemia.Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah penyakit metabolik yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan. Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan. Katarak pada dewasa di kelompokan menjadi katarak immatur yaitu lensa masih memiliki bagian yang jernih,  katarak matur yaitu lensa sudah seluruhnya keruh,  katarak hipermatur yaitu bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya, (Nurarif dan Kusuma, 2013:379).
 Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah Kadar kalsium yang rendah, diabetes, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, faktor lingkungan (truma, penyinaran, sinar ultraviolet), (Nurarif dan Kusuma, 2013:379).Sedangkan sumber lain dalam penelitian Tanadkk. (2009:78), banyak faktor resiko dilaporkan berhubungan dengan kejadian katarak, dimana faktor umur merupakan faktor utama, faktor lainnya adalah diabetes militus, pajanan kronis  terhadap sinar ultra violet (sinar matahari), konsumsi alkohol, merokok, derajat sosial ekonomi, status pendidikan dan konsumsi multivitamin. Sehubungan dengan faktor pajanan kronis terhadap sinar ultra violet (sinar matahari), terhadap beberapa jenis pekerjaan yang berisiko terpapar sinar mata hari, seperti petani dan nelayan.

4. Manifestasi klinis Katarak
Katarak dapat memunculkan berbagai menifestasi klinis yang terlihat pada penderita. Menurut Nurarif dan Kusuma (2013:380), ada beberapa manifestasi klinis yaitu penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur dan buram, kesulitan melihat ketika malam hari, mata terasa sensitif bila terkena cahaya, bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran, membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas lainnya, sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman menggunakannya, warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat misalnya cahaya putih yang di tangkap menjadi cahaya kuning, jika melihat hanya dengan satu mata dan bayangkan benda atau cahaya terlihat ganda.
Sedangkan menurut (Alfi, 2010) dalam penelitian Atminah dkk. (2013), dengan Studi Kasus Perawatan Pasien Pre, intra, dan post operasi katarak menyatakan bahwa, gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain : penurunan visus merupakan keluhan yang paling  sering dikeluhkan pasien dengan katarak senilis, silau dan keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari, perubahan miopik, progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptorik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini di sebut dengan scond sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior, diplopia monocular dan kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan  area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat di koreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak. Noda berkabut pada lapangan pandang, ukuran kaca mata sering berubah.

5. Patofisiologi Katarak
Ada beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi patofisiologi terjadi katarak, karena mata terdiri dari  lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua, saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat - serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. 
Selain itu, berbagai penyebab katarak di atas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada rentina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada Katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien menglami kesulitan dalam membedakan warna, (Istiqomah, 2005:133).
Dari Sumber lain dalam penelitian Atminah dkk.(2013) Menurut  Smeltzer (2002), patofisiologi lensa yang normal adalah struktur prosterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan pandangan terputusnya protein lensa normal di sertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak, (Smeltzer, 2002 dalam Atminah dkk.2013). Katarak bisa terjadi bilateral, dapat di sebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan normal. 

Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-oabatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama, (Smeltzer, 2002 dalam Atminah dkk.2013).

6. Komplikasi Katarak
Komplikasi yang terjadi pada mata  di bagian hordeolum yang besar dapat disertai selulitis dari palpebra atau orbita sehingga keadaan umumnya lebih terganggu dan menyebabkan adanya komplikasi uveitisyang terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang/alergi. Selain uveitis komplikasi katarak juga mengakibatkan glaukoma yang terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan, (Istiqomah, 2005:130).
Menurut penelitian Thayeb dkk.(2011:60),terdapat beberapa keadaan yang dapat menyebabkan glaukoma sekunder antara lain adalah uveitis, pasca bedah katarak intra atau ekstrakapular, pasca tukak perforasi atau trauma kornea perforasi, hifema dan glaukoma yang dibangkitkan oleh lensa. Glaukoma sekunder yang terjadi akibat katarak senilis adalah salah satu bentuk glaukoma sekunder yang dibangkitkan lensa. Glaukoma dan katarak yang ditemukan pada orang berusia lanjut yaitu sekitar 40 tahun ke atas. Proses kekaburan lensa mata biasanya dimulai pada mata yang satu kemudian diikuti mata sebelahnya.

7. Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan adanya penyakit katarak, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui diagnosanya seperti kartu mata snellen / mesin telebinokuler , lapang penglihatan, pengukuran tonografi tekanan intra orbital  (12-25 mmHg), pengukuran gonioskopi, oftalmoskopi, darah lengkap, LED, EKG, kolesterol serum, lipid, tes toleransi glukosa, (Nurarif dan Kusuma, 2015:150).

8. Penatalaksanaan Katarak
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015 : 150), meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. Untuk penatalaksanaan katarak Non-Bedah meliputi :
1. Terapi penyebab katarak. 
Dengan melakukan pengontrolan diabetes melitus,menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
2. Memperlambat progresivitas.
3. Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipien dan imatur. Meliputi refraksi apakah dapat berubah sangat cepat sehingga harus sering dikoreksi, pengaturan pencahayaan yaitu pasien dengan kekeruhan dibagian parifer lensa (area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang terang, penggunaan kacamata gelap pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian sentral hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila beraktivitas di luar ruangan, Midriatil yaitu dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial dengan kekeruhan yang sedikit.
Indikasi penatalaksaan bedah pada kasus katarak mencakup :
1. Indikasi visus, merupakan indikasi paling sering .
2. Indikasi medis.
3. Indikasi kosmetik.
Di dukung penelitian Ferdian dkk. (2015 : 67) menurut (Ilyas,2005), Tujuan utama dari bedah katarak modern adalah untuk memperoleh tajam penglihatan tanpa koreksi dengan waktu sembuh yang cepat serta komplikasi bedah yang sangat minimal. Rehabilitasi visus yang lebih cepat dapat diperoleh dengan cara mengurangi ukuran insisi sehingga luka bedah akan lebih cepat sembuh, komplikasi yang minimal, dan induksi astigmat setelah operasi yang rendah sehingga akan memberikan kepuasan pada pasien. Tetapi walaupun dengan fasilitas yang bagus dan keterampilan ahli bedah katarak yang baik, hasil visus setelah operasi masih sering disertai dengan astigmat kornea setelah operasi atau yang biasa disebut surgical induced astigmatism (SIA), sehingga membuat pasien tetap memakai kacamata. 
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan operasi katarak tanpa menginduksi astigmat setelah operasi atau tidak menambah pre existing astigmat dan memberikan tajam penglihatan yang terbaik tanpa koreksi serta penyembuhan yang cepat.

Sumber : (Nurarif dan kusuma, 2015: 379)

0 Response to " DEFINISI KATARAK "

Post a Comment