JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN GIZI KURANG PADA BALITA



Gizi Kurang Pada Balita

1. Pengertian
Gizi kurang adalah suatu proses organisasi menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, penyimpanan, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ - orga– serta menghasilkan energi. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang diusia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini
menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif (Profil Dinkes Jateng, 2011).
Sumber daya manusia yang berkualitas dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang baik serta pendidikan dan pengetahuan. Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas, dan meningkatkan kesakitan/kematian (Depkes RI, 2010).
Gizi kurang pada anak balita yang tidak segera diatasi akan berkembang menjadi gizi buruk. Dampak yang ditimbulkan akibat gizi buruk tersebut bukan hanya terjadinya gangguan pada fisik saja tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas ketika dewasa, karena masa balita merupakan masa kritis (Ratna Indriati, 2015).
Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab masalah gizi di Indonesia seperti keadaan fisiologis, keadaan ekonomi, sosial, politik, dan masih jauh dari target pencapaian nasional yaitu 18,5% pada tahun 2015. Keadaan ini akan terus meningkat jika tidak memperoleh penanganan yang tepat dan baik (Depkes RI, 2009).
Kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya. Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil yang optimal (Profil Kesehatan Jateng, 2011).
2. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
1. Kebutuhan energi bayi dan balita relative besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
2. Kebutuhan zat pembangun,
3. Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa.
4. Kebutuhan zat pengatur,
5. Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
6. Hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi. Ada beberapa hal
yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi atau balita adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuhnya.
3. Penilaian Gizi Balita Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi yang beresiko dengan status gizi kurang pada balita (Triyanti, 2007).
Menurut (Soegiyanto & Wijoyo, 2007). Penilaian Status Gizi balita dapat dibagi 2 , antara lain:
1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :
a. Antropometri
Pengertian : Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan : Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Keterseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
b. Klinis
Pengertian : Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Penggunaan: Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan.
Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat hidup.
c. Biokimia
Pengertian: Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Penggunaan : Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan dapat terjadi keadaan malnutrisi yang lebih
parah lagi. Banyak gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
Pengertian : Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penggunaan : Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).
2. Penilaian Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Survey Konsumsi Makan
Pengertian : Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan khusus gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan : Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital
Pengertian : Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaan : Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian
dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
 3. Faktor Ekologi
Pengertian : Mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Penggunaan : Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
4. Indikator Gizi Balita
Indikator gizi yang didasarkan pada ukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi badan (TB) disajikan dalam bentuk indeks yang terkait dengan Umur (U) atau kombinasi antara keduanya. Indeks antropometri yang sering digunakan antara lain : Berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Faktor yang Mempengaruhi Gizi Pada Balita Faktor yang mempengaruhi Gizi kurang pada Balita, antara lain:
1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan 
Dalam kehidupan masyarakat sehari – hari sering terlihat keluarga yang berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang, tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik.
2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu 
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu.
3. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan 
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama didaerah pedesaan. Kadang – kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein.
4. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu 
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.
5. Sosial ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.
6. Program Pelayanan Gizi
Pelaksanaan pelayanan gizi di puskesmas diperlukan perlayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal. Pelayanan gizi yang bermutu dapat terlaksana jika tenaga pelaksana gizi puskesmas mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas (Kemenkes, 2014).
Setiap puskesmas dibangun untuk mencapai tujuan tertentu, dimana puskesmas mengemban misi untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu bagi masyarakat. Menurut Wibowo (2014), untuk mencapai keberhasilan tujuan suatu institusi atau organisasi, diperlukan landasan yang kuat berupa: kompetensi kepemimpinan, kompetensi pekerja, dan budaya organisasi yang mampu memperkuat dan memaksimumkan kompetensi. Kinerja tenaga pelaksana gizi dinilai berdasarkan tugas pokok tenaga pelaksana gizi di puskesmas yaitu : melakukan penimbangan anak balita secara rutin di posyandu, melakukan pemantauan status gizi, melakukan pelacakan anak balita gizi buruk, memberikan PMT (program makanan tambahan) kepada anak balita bawah garis merah, mendistribusikan Vitamin A dosis tinggi di bulan Februari dan Agustus, mendistribusikan tablet Fe kepada ibu hamil, mendistribusikan kapsul garam yodium, dan pemantauan garam yodium (Kemenkes, 2013).
Adapun program gizi di Puskesmas, meliputi :
1. Pemberian makanan tambahan pada balita gizi kurang,
2. Pemberian kapsul vitamin pada balita, anak sekolah.
3. Pemantauan pertumbuhan berat badan balita (penimbangan balita setiap bulan sekali).
4. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan
gizi dan pemberdayaan perbaikan gizi masyarakat.

Sumber : Admin

0 Response to " PENGERTIAN GIZI KURANG PADA BALITA "

Post a Comment