JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGETIAN HIPERBILIRUBINEMIA

PENGERTIAN HIPERBILIRUBINEMIA



A. PENGERTIAN HIPERBILIRUBINEMIA
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kernikterus jika tidak segera ditangani dengan baik. Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat peningkatan bilirubin indirek pada otak terutama pada corpus striatum, thalamus, nukleus thalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke-4. Kadar bilirubin tersebut berkisar antara 10 mg / dl pada bayi cukup bulan dan 12,5 mg / dl pada bayi kurang bulan. (Wiknjosastro, 1994; Ngastiyah, 1997).

B. ETIOLOGI HIPERBILIRUBINEMIA
1. Produksi yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, ABO, dll.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi bilirubin akibat imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia atau infeksi.
3. Gangguan dalam transportasi bilirubin, misalnya akibat defisiensi albumin.
4. Gangguan dalam ekskresi kartena obstruksi dalam hepar maupun di luar hepar.
(Wiknjosastro, 1994; Ngastiyah, 1997).

C. PATOFISIOLOGI HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus pada bayi baru lahir disebabkan oleh stadium maturasi fungsional (fisiologis) atau manifestasi suatu penyakit (patologik). Tujuh puluh lima persen (75%) bilirubin bayi berasal dari penghancuran hemoglobin dan 25% sisanya dari mioglobin, sitokrom, katalase dan triptofan pirolase. Satu gram eritrosit yang hancur menghasilkan 35 mg bilirubin. Bayi yang cukup bulan, menghancurkan eritrosit sebanyak 1 gram / hari dan menghasilkan bilirubin dalam bentuk indirect yang terikat dengan albumin bebas (1 gram albumin dapat mengikat 16 mg biliribin). Bilirubin indirect larut dalam lemak dan bila menembus sawar darah otak akan menimbulkan kernikterus. Yang memudahkan terjadinya hal tersebut antara lain imaturitas, asfiksia / hipoksia, trauma lahir, BBLR (<2500 gram), infeksi, hipoglikemia hiperkarbia, dll.
Dalam hepar, bilirubin indirect akan diikat oleh enzim glukoronil transferse dan diubah menjadi bilirubin direct yang larut dalam air, kemuadian dieksresikan ke sistem empedu, selanjutnya masuk ke dalam usus dan menjadi sterkobilin, sebagian diserap kembali dan keluar melalui urine sebagai urobilinogen.
Pada bayi baru lahir, bilirubin direct diubah menjadi bilrubin indirect di dalam usus, karena di sini terdapat beta glukoronidase yang berperan penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin indirect ini diserap kembali oleh usus dan selanjutnya  masuk lagi ke hati. (Ngastiyah, 1997; American Family Physician, 2002).

D. TANDA DAN GEJALA HIPERBILIRUBINEMIA
Tampak ikterus pada sklera, kuku, dan sebagian besar kulit serta membran mukosa. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama sejak bayi lahir disebabkan oleh penyakit hemolitik, sepsis atau ibu dengan diabetik dan infeksi. Jaundice yang tampak pada hari ke-2 atau ke-3 dan mencapai puncak pada hari ke-3 sampaike-4 serta menurun pada hari ke-5 sapai hari ke-7 biasanya merupakan jaundice fisiologis.
Gejala kernikterus berupa kulit kuning kehijauan,  muntah, anorexia, fatique, warna urine gelap, warna tinja seperti dempul, letargi (lemas), kejang, tak mau menetek, tonus otot meninggi dan akhirnya opistotonus. (Constance & Thomas, 2003; Rita & Suriadi, 2001; Ngastiyah, 1997).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA HIPERBILIRUBINEMIA
1. Tes Comb pada tali pusat bayi baru lahir
Hasil positif dari test Comb indirect menunjukkan adanya antibodi Rh positif, anti-A, atau anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Comb direct menandakan adanya sensitisitas (Rh positif, anti-A, atau anti-B) sel darah merah dari neonatus.
2. Golongan darah bayi dan ibu
Mengidentifikasi adanya inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin serum
Kadar bilirubin direct (terkonjugasi) bermakna bila melebihi 1,0-1,5 mg/dl. Kadar bilirubin indirect (tak terkonjugasi) tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi preterm atau 15 mg/dl pada bayi aterm dan peningkatannya tidak boleh lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.
4. Protein serum total
Kadar di bawah 3,0 g/dl menandakan penurunan kapasitas pengikatan bilirubin, terutama pada bayi preterm.
5. Kadar hemoglobin dan hematokrit
Hb mungkin menurun (<14 mg/dl) pada hemolisis. Ht mungkin meningkat (>65%) pada polisitemia. (Ngastiyah, 1997; University of  Utah, 2003).

F. PENATALAKSANAAN HIPERBILIRUBINEMIA
1. Fototerapi
Dilakukan jika telah ditegakkan adanya hiperbilirubinemia patologis. Fototerapi bertujuan menurunkan kadar bilirubin pada kulit dengan proses oksidasi foto  (cahaya) yang selanjutnya diekskresikan melalui urine dan tinja. Foto terapi menggunakan cahaya biru yang memiliki panjang gelombang tepat untuk fotoaktivasi bilirubin bebas dan menimbulkan reaksi fotokimia pada kulit (fotoisomerisasi) yang mengubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi fotobilirubin yang dapat diekskresikan ke dalam empedu tanpa perlu konjugasi.
2. Fenobarbital
Berfungsi meningkatkan sintesis hepatik glucoronil transferase yang berperan dalam proses konjugasi bilirubin, sehingga bilirubin mudah diekskresikan ke dalam empedu. Fenobarbital sering tidak dianjurkan.
3. Transfusi tukar
Apabila kadar bilirubin tidak turun dengan fototerapi, transfusi tukar dapta dipertimbangkan dengan tujuan mengganti eritrosit, membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis, menurunkan kadar bilrubin dan memperbaiki anemia. (University of  Utah, 2003; American Family Physician, 2002; Ngastiyah, 1997).

G. PERAWATAN BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
1. Mencegah terjadinya kernicterus 
a. Monitor tanda-tanda hiperbilirubin 
b. Monitor kadar bilirubin tiap 24 jam sesuai program
c. Monitor kadar Hb dan Ht
d. Lakukan fototerapi sesuai program
e. Berikan fenobarbital sesuai program
f. Antisipasi kebutuhan transfusi tukar
2. Mencegah terjadinya defisit volume cairan (pada fototerapi)
a. Pertahankan intake cairan (berikan minum sesuai kebutuhan)
b. Berikan atau pertahankan cairan parenteral (infus cairan) sesuai indikasi dan program.
c. Monitor intake dan output
d. Monitor tanda-tanda defisit volume cairan.
3. Mencegah terjadinya gangguan integritas jaringan (pada fototerapi)
a. Gunakan pelindung mata dan genital
b. Gunakan pengalas yang lembut
c. Jaga kebersihan dan kelembaban kulit
d. Gunakan sabun bayi untuk membersihkan tubuh bayi (mandi)
e. Monitor kondisi kulit
4. Mengurangi cemas pada orang tua
a. Pertahankan kontak orang tua dengan bayi
b. Jelaskan kondisi bayi, perawatan dan pengobatannya
c. Beri kesempatan orang tua untuk express feeling
d. Libatkan orang tua dalam perawatan bayi
5. Discharge planning
a. Pendidikan kesehatan pada orang tua tentang pencegahan infeksi pada hiperbilirubinemia
b. Pendidikan kesehatan pada orang tua tentang pemberian ASI pada hiperbilirubinemia
c. Pendidikan kesehatan pada orang tua tentang komplikasi hiperbilirubinemia dan pencegahannya.
(Rita & Suriadi, 2001).

Sumber : (Wiknjosastro, 1994; Ngastiyah, 1997).

0 Response to " PENGETIAN HIPERBILIRUBINEMIA "

Post a Comment