JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN HIPERTIROID

Pengertian Hipertiroid 



A. Pengertian
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari hormon tiroid yang berlebihan. (E. Doenges, 2000 : 708).
Hipertiroidisme atau dikenal tiroksikosis dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. (Silvia A. Price, 1995 : 1074).
Istilah hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu kompleks fisiologi dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid itu sendiri. (Syaifullah Noer, 1996 : 766).

B. Etiologi
Labih dari 90% hipertiroidisme adalah akibat penyakit graves dan nodul tiroid toksik.
Penyebab hipertiroidisme : 
Biasa :
- Penyakit Graves
- Nodul tiroid toksik
• Multinodular
• Monodular toksik
- Tiroiditis
• De quervains
• Silent 
Tidak biasa 
- Hipertiroidisme neonatal
- Hipertiroidisme faktisius
- Sekresi TSH yang tidak tepat oleh pituitaria
• Tumor
• Non tumor (Sindrom resistensi hormon tiroid)
- Yodium eksogen
Jarang 
- Metastasis kanker tiroid
- Koriokarsinoma dan mola hidatidosa
- Struma ovaril (teratoma ovarium yang mengandung jaringan tiroid)
- Karsinoma testikuler embrional
- Poliyostotic fibrous dyspasia (sindrom mc-cune-albright).
(Syaifullah Noer, 1996 : 766)

C. Patofisiologi
Hipertiroidisme pada penyakit graves adalah akibat antibody reseptor TSH yang merangsang aktivitas tiroid. Sedangkan pada Goiter multinodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri. Ada pula hipertiroidisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari hipotisis, namun jarang diluar tiroid. Pada tiroktosikosis yang tidak disertai hipertiroidisme seperti tiroitic terjadi kebocoran hormon masukan hormon tiroid dari luar mengakibatkan tirotoksikosis tanpa hipertiroidisme. (Arif Mansjoer, 1999 : 594)
Terdapat dua hipertiroidisme spontan : 1. Penyakit graves dan 2. Gaiter nodular toksik.
Penyakit graves biasanya terjadi pada usia sekitar tiga puluh dan empat puluh dan lebih sering ditemukan pada wanita dari pada pria. Terdapat predisposis familial terhadap penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-bentuk endikronopati autoimun lainnya. Goiter nodular kronik pada pasien-pasien ini hipertiroidisme timbul secara lambat dan manifestasinya lebih ringan dari pada graves. (Silvia A. Price, 1995 : 1074-1075)
Pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisme, semua simptomnya sebaliknya dari mixudema kecepetan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun beratnya gelisah dan mudah marah. Kecepatan denyut nadi naik “Cardiac Output” bertambah dari simptom kardio-vaskuler mencakup fibrilasi atrium dan kegagalan jantung. Pada keadaan yang dikenal sebagai penyakit grave atau gondok exoftalamus, tampak mata menonjol keluar efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon tiroid adakalanya tidak hilang dengan pengobatan.(Evelyn, 2000 : 234)

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan, kelelahan, tremor, gugup, berkeringat banyak tidak tahan panas, palpitasi dan pembesaran tiroid.
Tabel : Gambaran klinis hipertiroidisme.
Umum
- Berat badan turun
- Keletihan, apatis
- Berkeringat tidak tahan panas
Kardiovaskuler
- Palpitasi, sesak nafas, angina
- Gagal jantung
- Sinus takikardia, fibrilasi atrium
- Nadi kolaps
Neuromuskuler
- Gugup, Agitasi
- Tremor, koreoatetosis
- Psikosis
- Kelemahan otot, miopati, proksimal
- Paralisis periodik
- Miestenia gravis
Gastrointestinal
- Berat badan menurun meskipun nafsu makan bertambah
- Diare, muntah
Reproduksi
- Aligo menorea
- Infertilitas
Kulit
- Pruritus, eritema palmaris
- Miksedema pretibial
Struma
- Difus dengan tanpa bising, nodosa
Mata
- Kemosis
- Protosis
- Optal moplegia

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium membantu menetapkan diagnosis hipertiroideisme akan tetapi untuk wanita hamil agak sulit karena adanya perubahan fisiologis pada kehamilan seperti pembesaran tiroid serta manisfestasinya hipermetabolik, sama seperti pada tirotoksikosis.
Pemeriksaan auto body tiroid juga membantu untuk membedakan penyakit autoimun dengan penyebab lian. Pemeriksaan tambahan lain juga dapat menunjang yaitu pemeriksaan sidik tiroid atau RAIU digunakan untuk melengkapi diagnosis banding pada hipertiroidisme. (Syaifoellah Noer, 1996 : 770)

F. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme dalam membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat anti tiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal)
1. Obat antitiroid
Digunakan dengan indikasi :
a. Terapi untuk memperpankang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
b. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
e. Pasien dengan krisis tiroid.
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif diberikan pada :
a. Pasien umur 35 th atau lebih
b. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah dioperasi
c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik.
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme indikasi operasi adalah :
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespon terhadap obat antitiroid.
b. Pada wanita hamil (Trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar.
c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioakti.
d. Edenoma toksik atau struma multinodular toksik.
e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
4. Pengobatan tambahan
a. Sekat β Adrenergik
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis yang diberikan 40-200 mg/hr yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia diberi 10 mg/hr.
b. Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah pengobatan dengan yodium radioaktif dan pada krisis tiroid biasanya diberikan dalam dosis 100 – 300 mh/hr.
c. Ipodat
Ipodat kerjanya lebih cepat dibanding propiltiourasil dan sangat baik digunakan pada keadaan akut seperti krisis tiroid.
d. Litium
Litium mempunyai daya kerja seperti yodium. Litium digunakan pada pasien dengan krisis tiroid yang alergi terhadap yodium. (Arif Mansjoer, 1997 : 597)

Sumber : (E. Doenges, 2000 : 708).

0 Response to " PENGERTIAN HIPERTIROID "

Post a Comment