Pengertian Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg/bila pasien memakai obat antihipertensi. (Mansjoer, 1999 : 518)
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasi sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. (Doenges, 1999 : 39)
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang baik. (Suyono, 2001 : 39)
Hipertensi adalah suatu penyakit peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak normal. (Price, 1995 : 533)
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi esensial/Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisikemia.
2. Hipertensi sekunder/hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, sindrom cushing, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. (Mansjoer, 1999 : 518)
Penyebab hipertensi
- Ras
- Umur
- Obesitas
- Asupan garam yang tinggi
- Adanya riwayat hipertensi dalam keluarga. (Suyono, 2001 : 39)
C. Gambaran Klinis
Gejala hipertensi :
- Sakit kepala/pusing
- Epistaksis
- Migren
Gejala lain dari komplikasi primer
- Gangguan penglihatan
- Gangguan neurologi
- Gagal jantung
- Gangguan fungsi ginjal
D. Patofisiologi
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Bila terdapat gejala sifatnya non spesifik misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat maka akan mengkibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke dan payah ginjal. Penemuan dini hipertensi dan perawatan yang efektif dapat mengurangi kemungkinan morbilitas dan mortilitas.
Sembilan puluh persen kasus hipertensi tidak diketahui sebabnya. Bentuk hipertensi idopatik ini dinamakan hipertensi primer/esensial.
Mekanisme lain yang dikemukakan mencakup perubahan-perubahan berikut:
1. Ekskresi natrium dan air oleh ginjal.
2. Kepekatan beroreseptor
3. Respon vaskuler
4. Sekresi urin
5% kasus hipertensi lainnya timbul sekunder dari proses penyakit lain seperti penyakit parenkim ginjal.
Mekanisme bagaimana hipertensi menimbulkan kelumpuhan/ kematian berkaitan langsung dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui, terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung akhirnya semakin terancam karena semakin parahnya ateroskerosis koroner. Bila proses aterosklerosis berlanjut maka suplai O2 miokardium berkurang kebutuhan miokardium akan O2 yang semakin meningkat akibat hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, sehingga menyebabkan angina/Infrak miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah akibat infrak miokardium/payah jantung.
Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jelas diseluruh pembuluh perifer. Aterosklerosis yang dipercepat dan nekrosis medial aorta merupakan predisposisi dari terbentuknya. Aneurisma dan diseksi. Perubahan struktur dalam arteria-arteria kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh progresif. Bila pembuluh menyempit maka aliran arteria terganggu dan dapat menyebabkan mikroinfrak jaringan. Akibatnya yang ditimbulkan perubahan vaskular ini paling nyata pada otak dan ginjal. obstruksi atau ruptura pembuluh darah otak merupakan penyebab sekitar sepertiga kematian akibat hipertensi. Sklerosis progresif pembuluh darah ginjal mengakibatkan disfungsi dan gagal ginjal yang juga dapat menimbulkan kematian. Kira-kira 10% sampai 15% kasus hipertensi yang tak dirawat akan berkembang menjadi gagal ginjal. (Price, 1995 : 433 – 434)
E. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah merupakan satu-satunya gejal. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. (Mansjoer, 1999 : 518).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin :
- Urin
- Darah perifer lengkap
- Kimia darah (kalium, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL).
- EKG.
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti kliens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol ekokardiografi. (Mansjoer, 1999 : 518)
G. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi aya hidup/obat antihipertensi.
Kelompok resiko dikategorikan menjadi :
a. Pasien dengan tekanan darah perbatasan/tingkat 1, 2, 3 tanpa gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ/faktor resiko lainnya. Bila dengan modivikasi gaya hidup belum dapat diturunkan, maka harus diberikan obat antihipertensi.
b. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler tapi memiliki satu/lebih faktor risiko maka langsung diberikan obat anthipertensi.
c. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler/kerusakan organ yang gejal.
Faktor risiko : usia lebih dari 60 th, merokok, displidemia, diabetes militus jenis kelamin (pria dan wanita menapouse), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardiovaskuler dengan biaya sedikit dan resiko minimal. Tatalaksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat, langkah-langkahnya :
- Menurunkan BB bila terdapat kelebihan (indeks masa tubuh ≥ 27)
- Membatasi alkohol
- Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30 – 45 menit/dt)
- Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na 2,4 g Na 6 gr NaCl).
- Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hr).
- Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
- Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan. (Mansjoer, 1999 : 519 – 520).
H. Fokus Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat.
- Perubahan irama jantung
- Takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas depresi, marah.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, tangisan yang meledak, otot muka tegang, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini/yang lalu.
5. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol.
Tanda : Berat badan normal/obesitas.
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing, gangguan penglihatan.
Tanda : Respon motorik, perubahan-perubahan retinal optik.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul, sakit kepala, nyeri abdomen.
8. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi, bunyi nafas tambahan, sianosis.
9. Keamanan
Gejala :
- Gangguan koordinasi/cara berjalan
- Hipotensi postural.
10. Pembelajaran/penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor risiko keluarga : Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes militus, penyakit serebrovaskuler/jantung. (Doenges, 1999 : 39 – 41).
I. Fokus Intervensi
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi.
Intervensi :
- Pantau TD
- Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral
- Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
- Amati warna kulit, kelembaban, suhu.
- Berikan lingkungan tenang, nyaman
- Ajarkan teknik relaksasi.
- Kolaborasi medis.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Intervensi :
- Kaji respon pasien terhadap aktivitas.
- Intruksikan pasien tentang teknik penghematan energi.
- Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan vaskular serebral.
Intervensi :
- Mempertahankan tirah baring.
- Berikan tindakan non farmokologi untuk menghilangkan sakit kepala.
- Minimalkan aktivitas.
- Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut.
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
Intervensi :
- Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.
- Berikan pentingnya penurunan masukan kalori dan batasi lemak, garam, gula sesuao indikasi.
- Tetapkan keinginan pasien menurunkan BB
- Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
- Tetapkan rencana penurunan BB yang realistik dengan pasien.
- Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan.
- Pilih makanan yang tepat.
5. Koping individu tidak efektif b.d krisis situasional.
Intervensi :
- Kaji keefektifan strategi koping.
- Catat laporan gangguan tidur.
- Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan.
- Dorong pasien untuk mengevaluasi tujuan hidup.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan b.d kurang pengetahuan.
Intervensi :
- Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.
- Tetapkan batas TD normal
- Beri penguatan pentingnya kerjasama.
- Jelaskan tentang obat yang diresep bersama dengan rasional, dosis, efek samping.
- Sarankan untuk sering mengubah posisi. (Doenges, 1999 : 42 – 51)
Sumber : (Mansjoer, 1999 : 518)
0 Response to " PENGERTIAN HIPERTENSI "
Post a Comment