JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN HIDROSEFALUS

Pengertian Hidrosefalus



A. PENGERTIAN 
Hidrosefalus adalah akumulasi serebrospinal dalam ventikel serebral. Ruang subarakhnoid atau ruang sub dural (Sutriadi & Rita, 2001 : 137).
Hidrosefalus bukan merupakan penyakit yang spesifik, agaknya menggambarkan keadaan yang beragam akibat terganggunya sirkulasi dan obstruksi CCS atau keadaan yang jarang akibat dari meningkatnya produksi oleh “pappiloma pleksus koroid” (Nelson, 2000 : 2050).
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CCS) dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruang tempat mengalirkan CSS. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 874).

B. ETIOLOGI 
Penyebab terjadinya hidrosefalus :
1. Kongenital yang disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim (misal : Malforasi Arnold – Chrari) atau infeksi intrauterin, penyebabnya infeksi, neoplasma atau perdarahan.
2. Terdapat penyumbatan aliran CCS pada salah satu tempat antara pembentukan CCS dalam sistem ventrikel dan absorpsi dalam ruang subaratenoid.
  • Akibat penyumbatan : terjadi dilatasi ruangan CCS diatasnya
  • Tempat yang sering tersumbat :

a. Foremen monroi
b. Foramen luseka dan magendie
c. Sisterna magna dan basalis
- Sebab terjadinya hidrosefalus
Teoritis pembentukan CCS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal
Misal : Terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis.

C. PATOFISIOLOGI 
Hidrosefalus terjadi karna adanya absorpsi CSF dalam subarakhnoid, obstruksi dalam ventrikel yang mencegah masuknya CSF kerongga subarakhnoid karna infeksi, neoplasma, perdarahan atau kelainan perkembangan otak janin dan cairan terakumulasi mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan organ-organ yang terdapat dalam otak.
Jumlah CSF dalam rongga serebrospinal yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan sehingga dapat merusak jaringan saraf. Hidrosefalus dapat diakibatkan oleh pembentukan cairan berlebih oleh pleksus koroideus, absorpsi yang in adekuat atau obstruksi aliran keluar pada salah satu ventrikel.
Ada 2 jenis hidrosefalus yaitu :
1. Hidrosefalus non komunikans merupakan salah satu bedah saraf pediatrik yang sering ditemukan. Biasanya timbul segera setelah lahir karena penyempitan akueduktus sylurus konginetal pada waktu pembentukan cairan oleh ventrikel membesar. Hal ini menyebabkan penekanan otak terhadap tengkorak sehingga otak menjadi tipis. Penekanan yang meningkat mengakibatkan kepala neonatus membesar.
2. Hidrosefalus komunikans disebabkan banyak cairan yang terbentuk dari yang direabsorpsi. Dengan demikian cairan tertimbun di dalam ventrikel maupun diluar otak sehingga kepala membesar dan mengalami kerusakan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh gangguan reabsorpsi CSF, biasanya terjadi akibat meningitis/gangguan iritasi yang mengakibatkan sumbatan atau jaringan parut.
Pada orang dewasa suatu sindrom sering timbul setelah perdarahan subarakhnoid adalah hidrosefalus tekanan rendah. Gejala yang tampak kesulitan berjalan, kelesuan dan inkonentenensia kemih. Sindrom ini penting untuk dikenali karena merupakan bentuk penyakit demensia yang masih dapat diobati.
Semua jenis hidrosefalus dapat diobati dengan mengalihkan cairan serebrospinal ke sistem vena ekstrakranial. (Sylvia, 1995 : 916 – 917).
CCS mengalir dari ventrikel lateral melalui foramen monia kedalam ventrikel ke-3 melewati akueduktus sylvius yang sempit pada anak panjangnya 3 mm diameter 2 mm masuk ke ventrikel ke-4. CSS keluar dari ventrikel ke-4 melalui pasangan foramen luscka lateral dan linea sebelah posterior aratas serebellum dan korteks serebri melalui sisterna melewati sebelah atas hemisfer serebri. Diabsorpsi melalui luliarokhnodra melalui sambungan endotolium yang rapat degnan gaya tekan yang ada sebelumnya.

D. MANIFESTASI KLINIS
- Masa bayi
- Kepala membesar, fontanel anterior menonjol, terdapat bunyi cracket terstimulasi, lemah, kemampuan makan berkurang, opisthotonus dan spatik pada ekstrmitas bawah.
- Pada bayi dengan malformasi Arnold-Chrary bayi mengalami kesulitan menelan, bunyi nafas strirolor. Kesulitan bernafas, menangis lemah, ospirasi spastisitas, peningkatan inkoordinasi dan apnea yang dapat dikurangi dengan menyingpangkan/dekompresi fossa posterior. 
- Tergantung pada umur/usia sifat losi yang menimbulkan obstruksi. penderita ini mengeluh nyeri kepala berulang, nyeri leher, sering kencingdan spatisitas tungkai bawah progresif. Demorfitas terdiri dari berpindahnya tonsil seleberal kedalam kanalis servikal.
- Masa Kanak-kanak
Gejala yang timbul adalah sakit kepala, papil edema, muntah, strabismu, ataxia, mudah terstimulasi, letargi, apatis, bingung, bicara inkonheren.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan lingkar kepala pada masa bayi
2. Radiologi tengkorak sederhana menampakkan fossa posterior dan pelebaran kanalis servikal serta kelainan otak belakang. Anomali ini ditangani dengan dekompresi bedah.
3. Pemeriksaan untuk menentukan lokalisasi penyumbatan ialah dengan menyuntikan zat warna PSP kedalam ventrikel lateralis dan menampung pengeluaran dari fungsi lumbal untuk mengetahui penyumbatan ruang sub arakhnoid.

F. KOMPLIKASI 
- Peningkatan tekanan intrakranial 
- Kerusakan otak 
- Infeksi :
- Septikemia
- Menginis 
- Endokarditis
- Ventrikulitis
- Infeksi luka
- Abses otak
- Nefritis 
- Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
- Hematomi subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi oragan dalam rongga adomen, fitula.
- Kematian.

G. PENATALAKSANAAN 
Ada 3 prinsip pengobatan
1. Mengurangi prod CSS dengan merusak sebagian pleksus korodialis dengan tindakan rosoksi (pembedahan) koagulasi, obat azetasolamia (diamox) dikatakan mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi dengan absorbsi CSS yaitu ventrikel dan sub arakhnoid.
3. Pengeluaran CSS ke dalam rongga ektra kranial :
a. Drainase ventrikulo – peritoneal
b. Drainase lombo – peritoneal
c. Drainase ventrikulo – pleural
d. Drainase ventrikulo – ureterostomi
e. Drainase antrum antrum mastoid
f. Cara yang dianggap terbaik, mengalirkan CSS kedalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventri (trolfer valve) yang memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah.
  • Keburukan : Kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak
  • Hasil         : Belum memuaskan karna masih sering terjadi infeksi sekunder dan sepsis.


Sumber : (Sutriadi & Rita, 2001 : 137).

0 Response to " PENGERTIAN HIDROSEFALUS "

Post a Comment