JOSINDONESIA

JOSINDONESIA

PENGERTIAN AMPUTASI

PENGERTIAN AMPUTASI 



A. PENGERTIAN
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap. Bedah amputasi merupakan suatu titik awal kehidupan baru yang lebih bermutu. Amputasi atas indikasi tepat tidak usah disesalkan oleh dokter atau penderita. Yang harus disesalkan ialah pembedahan yang tidak sesuai. Puntung yang kurang baik dan revalidasi pertolongan dan bimbingan seperti yang diharapkan.
(Sjamsuhidayat, 1997 : 1282)
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah/traumatik pada tungkai 
(E. Donges, 2000 : 786)

B. PENYEBAB
- Kecelakaan 
- Penyakit
- Gangguan kongenital
(E. Donges, 2000 : 786)

C. BATAS AMPUTASI
Batas amputasi ditentukan luas dan jenis penyakit
a. Batas amputasi pada cidera ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat
b. Batas amputasi pada tumor maligna ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan lokal
c. Pada penyakit pembuluh darah ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka puntung. 
Batas amputasi ekstremitas yang lazim dipakai yang disebut batas amputasi klasik
Keterangan
1. Eksarfikulasi jari kaki
2. Transmeta tarzal
3. Artikulasi pergelangan kaki (Amputas Sym)
4. Tungkai bawah (batas amputasi ideal)
5. Tungkai bawah (batas amputasi minimal)
6. Eksartilasi lutut
7. Tungkai atas (jarak minimal dari sela lutut)
8. Tungkai atas (batas amputasi yang 
9. Tungkai atas (batas amputasi minimal)
10. Eksarkulasi tungkai
11. Hemi peltektomi
Batas ekstremitas atas tidak dapat dipakai batas amputasi tertentu dianjurkan batas sedistal mungkin
(Sjamsuhidayat, 1997 : 1282 - 1283)

D. PENILAIAN BATAS AMPUTASI
a. Jari dan Kaki 
Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan falang dasar
b. Proksimal sendi pergelangan kaki
Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat sehingga dapat menutup unjung puntung
c. Tungkai bawah
Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari sendi lutut, tergantung keadaan setempat. Usia penderita, tungkai badan bila jarak dari sendi lutut kurang dari 5 cm, protesis mustahil dapat dikendalikan
d. Eksartikulasi lutut
Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali, amputasi ini dapat dilakukan pada penderita geriatrik.
e. Tungakai ats
Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10 cm di bawah sendi panggul puntung yang kurang dari itu menyebabkan kontraktur fleksi-fleksi eksorata di puntung. Juga tidak boleh kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang ini sukar dibebani, eksartikulasi dapat menambah pembebanan
f. Sendi panggul dan hemipel vektomi
Eksartikulasi sendi panggul karena kadang dilakukan pada tumor ganas. Prostesis akan lebih sukar dipasang. Prostesing untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi memerlukan kemauan dan motivasi kuat dari penderita.
g. Tangan
Amputasi persial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari dengan sensibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakan untuk fungsi menggenggam atau fungsi opsisi ibu jari. 
h. Pergelangan tangan
Pada amputasi melalui pergelangan tangan, fungsi protasi dan supinasi dipertahankan. Tangan miolektrik maupun tangan kosmetik dapat dipakai tanpa kesulitan 
i. Lengan bawah
Batas amputasi dipertengahan lengan paling baik untuk memasang prostesis
j. Siku dan lengan atas
Eksartikulasi siku mempunyai keuntungan karena prostesis  dapat dipasang tanpa fiksasi sekitar bahu.
(Sjamsuhidayat, 1997 : 1286)

E. PERAWATAN AMPUTASI
Amputasi memerlukan perawatan khusus karena pembebanan tinggi dan kulit sukar menyesuaikan diri untuk faal baru itu. Kulit dirawat dengan mandi setiap hari dan menggunakan kaos kaki yang harus diganti setiap hari. Biasanya kulit puntung menunjukkan pigmentasi dan udem. Pada udem lama sering terdapat hiperplasia varikosa dengan hiperkeratosis. Kadang prostesis isap harus diganti dengan prostesis kontak total untuk mengatasi kelainan ini. Deramatitis karena alergi juga sering terjadi. Sedangkan pada tempat tekanan acap kali ditemukan kista, berupa kista epidermoid atau atcrom. Folikulitis dan Furunkulosis sering ditemukan. Umumnya karena kebersihan kulit diabaikan.
Nyeri dipuntung mungkin berasal dari neuroma ujung saraf yang terletak terlalu dekat permukaan. Neuroma dapat ditentukan dengan palpasi sebab menimbulkan nyeri tekan yang khas. Terapinya adalah pembedahan untuk memindahkan neuroma ke tempat yang lebih dalam dan lebih terlindung dari tekanan.
Bursa sering terbentuk antara penonjolan tulang dan kulit. Masalah nyeri fanrom kadang sukar diatasi setelah amputasi selalu terdapat perasaan bagian ekstremitas yang hilang masih ada dan setiap penderita akan mengalaminya. Sebagaian penderita merasa terganggu sedangkan sebagaian lagi merasakan sebagai nyeri.
Pada keluhan nyeri perlu dilakukan pemeriksaan teliti terhadap sumber nyeri yang mungkin berupa prostesis yang tidak cocok sehingga menyebabkan rangsangan. Penyebab lain puntung lain seperti neuroma bursitis, rangsangan prenost. Osteomlelitis atau nyeri alih dari proksimal harus disingkirkan. 
Umumnya nyeri dapat diobati secara kausal jika di diagnosis di tentukan. Pada nyeri fantom di lakukan terapi simtomatik.
   (Sjamsuhidayat, 1997 : 1286)

F. PENATALAKSANAAN 
a. Pembedahan
Pembedahaan dilakukan dalam lingkungan bebas darah dengan menggunakan turniket, kecuali apabila dilakukan atas dasar indikasi pembuluh nadi, pembedahan dilakukan secara terbuka atau tertutup
b. Prostesis
Prostesis sementara kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat di mulai.
c. Hilangkan nyeri 
d. Mencegah komplikasi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 
a. Foto Rontgen : Mengidentifikasi abnormalitas tulang 
b. CT Scan  : Mengidentifikasi lesi neoplastik, asteomielitis pembentukan hematoma
c. Biopsi  : Mengkonfirmasi diagnosa masa benigna / maligna.
d. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah 
Mengevaluasi perubahan sirkulasi atau perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potongan penyembuhan setelah amputasi.
(E. Doenges. 2000 : 786)

H. PENGKAJIAN
a. Aktivitas 
Keterbatasan aktual/antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi amputasi 
b. Integritas ego 
1. Masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup 
2. Situasi finansial
3. Reaksi orang lain 
4. Persasaan putus asa 
5. Tidak berdaya 
(E. Donges. 2000 : 786)

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 
a. Gangguan harga diri, penampilan peran, perubahan b.d. kehilangan bagian tubuh.
Kriteria hasil 
- Mulai menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri (amputasi) 
- Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negatif
- Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran baru/perubahan pesan.
Intervensi :
- Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dari pandangan terhadap amputasi
- Dorong ekspresi ketakutan perasaan negatif dan kehilangan bagian tubuh.
- Berikan lingkungan yang terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah tentang seksualitas.
- Kolaborasi, diskusikan tersedianya berbagai sumber, contoh kesling psikotrik/seksual, terapi kejujuran.

b. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d. cidera fisik
Kriteria hasil :
- Menyatakan nyeri hilang/terkontrol
- Tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
- Menyatakan pemahaman nyeri fantom dan metode untuk menghilangkannya
Intervensi :
- Catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10)
- Selidiki perubahan karakteristik nyeri, contoh kebas kesemutan
- Berikan tindakan kenyamanan, contoh ubah posisi, pijat punggung dan aktivitas terapeutik
- Dorong penggunaan tehnik manajemen stress
- Terima kenyataan sensasi fantom tungkai yang  biasanya hilang dengan sendirinya dan banyak alat akan dicobakan untuk menghilangkan nyeri.
-Berikan pijatan binbut pada puntung sesuai dengan toleransi bila baluran telah di lepas.

c. angguan mobilits fisik b.d. perubahan rasa keseimbangan 
Kriteria hasil :
- Menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas 
- Mempertahankan fungsi seperti di buktikan oleh adanya kontraktur 
- Menunjukkan tehnik/perilaku yang memampukan tindakan aktivitas 
Intervensi :
- Dorongan latihan aktif/isometrik untuk paha atas dalam aktivitas 
- Bantu latihan tentang gerak khusus untuk area yang sakit dan yang tidak sakit mulai secara dini pasca operasi.
- Instruksikan pasien untuk berbaring dengan posisi tengkurap sesuai toleransi sedikitnya dua kali sehari dengan bantal dibawah abdomen dan puntung ekstremitas bawah.
- Tunjukkan/bantu tehnik pemindahan dan penggunaan alat mobilitas, lo. Kruk atau walker



d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d. salah interprestasi informasi 
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
- Melakukan dengan benar prosedur tertentu dan menjelaskan alasan tindakan.
- Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
- Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan yang akan datang 
- Instruksikan perawatan baluran/luka
- Diskusikan kesinambungan program latihan pasca operasi 
- Identifikasi tehnik untuk mengatasi nyeri fantom 
- Tekankan pentingnya diet seimbang dan pemasukan cairan adekuat
- Anjurkan penghentian merokok

e. Resti terhadap infeksi b.d. ketidak adekuatan pertahanan primer 
Kriteria hasil :
- Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya : bebas drainase puralen atau eritema dan tidak demam
Intervensi :
- Pertahankan potensi dan pengosongan alat drainase secara rutin
- Pertahankan tehnik antiseptik bila mengganti balutan/merawat luka
- Inspeksi balutan dan luka, perhatikan karakteristik drainase
- Tutup balutan dengan udara, pencucian dengan sabun ringan dan air 
- Awasi TTV
- Kolaborasi berikan anti biotik sesuai indikasi.

f. Implementasi 
Hasil yang diharapkan 
1. Tidak mengalami nyeri 
2. Tidak mengalami nueri pada anggota fantom
3. Mengalami penyembuhan luka
4. Memperlihatkan peningkatkan citra tubuh
5. Memperlihatkan resolusi kesedihan
6. Mencapai kemandirian perawatan diri
7. Mencapai mobilitas mandiri maksimal
8. Tidak memperlihatkan komplikasi perdarahan, infeksi, kerusakan kulit.


Sumber : (Sjamsuhidayat, 1997 : 1282)

0 Response to " PENGERTIAN AMPUTASI "

Post a Comment