Definisi Ketuban Pecah Dini
a. Definisi
1) Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar, 1998).
2) Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998).
b. Insiden
Menurut Eastman insiden kira-kira 12 % dari semua kehamilan.
c. Klasifikasi
1) Premature rupture of the membrane preterm.
Pecahnya selaput ketuban pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
2) Premature rupture of the membrane aterm.
Pecahnya selaput ketuban pada umur kehamilan 37 minggu / lebih.
(Murray Enkin, 1999).
d. Etiologi
Penyebab Ketuban Pecah Dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Serviks inkompeten.
2) Ketegangan rahim berlebihan, kehamilan ganda, hidramnion.
3) Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.
4) Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sefalo pelvik disproporsi.
5) Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
6) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998).
e. Patogenesis
Taylor dkk, telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya dengan hal-hal berikut :
1) Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
2) Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
3) Infeksi (amnionitis atau kariomninitis).
4) Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, servik inkompeten dll.
5) Ketuban Pecah Dini artificial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini
(Rustam Mochtar, 1998).
f. Manifestasi Klinis
1) Keluarnya air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sekali.
2) Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3) Janin mudah diraba.
4) Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5) Pada pemeriksaan inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air sudah kering.
(Mansjoer Arif, 1999).
g. Diagnosis
1) Riwayat dan inspeksi
a) Jumlah cairan yang hilang
b) Waktu pecahnya ketuban
c) Warna cairan
d) Bau dari cairan
2) Pemeriksaan fisik
Melakukan pengkajian akibat berkurangnya cairan.
3) Pemeriksaan panggul
a) Melakukan pengkajian abdomen akibat berkurangnya cairan yang tampak pada perineum, vagina, panggul atau menyatu dalam suatu tempat.
b) Observasi adanya vernik caseosa dan lanugo.
c) Cairan yang keluar akibat valsava manuver.
h. Pengaruh KPD terhadap kehamilan dan persalinan
1) Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu disesuaikan, jadi akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.
2) Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis dan septicemia, dry – labor ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu akan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi. Hal ini akan meninggikan jika kematian dan angka morbiditas pada ibu.
(Rustam Mochtar, 1998).
i. Komplikasi
1) Pada anak : Intra Uterine Fetal Dead (IUFD), asfiksia dan prematuritas
2) Pada ibu : partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum dan infeksi nifas
(Rustam Mochtar, 1998).
j. Penatalaksanaan
1) Konservatif
a) Rawat di Rumah Sakit.
b) Berikan Antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari.
c) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
f) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uteri).
h) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingo mielin tiap minggu. Dosis Betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, Dexametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2) Aktif
a) Kehamilan > 37 mg, induksi dengan oksotosin, bila gagal seksio sekasaria. Dapat pula diberikan misoprostal 50 mg Intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
(1) Bila score pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
(2) Bila score pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
(Saifuddin Abdul Bari, 2001).
Sumber : (Rustam Mochtar, 1998).
0 Response to " DEFINISI KETUBAN PECAH DINI "
Post a Comment